Bandung Lautan Api merupakan salah satu peristiwa yang berperan besar dalam sejarah pasca-kemerdekaan Indonesia. Pada 24 Maret 1946, rakyat dan tentara Indonesia mengosongkan sekaligus membakar seisi kota Bandung agar tidak dijadikan markas pasukan Sekutu dan NICA (Belanda).
Peristiwa ini sangat menginspirasi para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu Halo, Halo Bandung menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan.
Beberapa tahun kemudian, lagu Halo, Halo Bandung menjadi kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu, menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api. Pertempuran yang paling besar terjadi di Desa Dayeuhkolot, di mana terdapat gudang amunisi milik tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Mohammad Toha dan Moh. Ramdan, dua anggota milisi BRI (Barisan Rakyat Indonesia) gugur.
Setelah berhasil menghancurkan gudang amunisi tersebut dengan dinamit. Pada pukul 24.00 malam itu, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI, sementara kebakaran melanda seluruh kota dan terlihat seperti lautan api (Herlambang dkk. 2021: 156-170).
Berikut di bawah ini adalah tokoh-tokoh
penting peristiwa bandung lautan api:
- Mayor Rukana Mayor Rukana
- Kolonel Abdul Haris Nasution
- Mohammad Toha
- Sutan Sjahrir dan Abdul Haris Nasution
- Atje Bastaman
Sebagai bentuk penghormatan kepada perjuangan para pahlawan serta Warga Bandung, dibuatlah monumen Bandung Lautan Api (BLA) yang berlokasi di Lapangan Tegallega. Selain itu, Kota Bandung juga memiliki 10 stilasi atau bukti yang tersebar di 10 titik.
Referensi
-https://www.gramedia.com/literasi/bandung-lautan-api/
-s://www.kompas.com/stori/read/2024/01/06/100000379/s
-https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Bandung_Lautan_Api