Menikmati serial 'Mahabarata' via yutub.
Kagum akan jalinan cerita beserta isinya.
Rabbubiyyat-nya luar biasa.
Maksud atau makna dari rabbubiyyat ialah
ia berasal dari kata Rabb, mencipta, merawat dan memelihara
membuat yang ada dan yang diciptakannya semakin maju
atau berkembang.
Rekanku yang asli Sunda, seorang sepuh.
Usianya diatas 60 tahun.
Ia sangat mencintai ke-Sunda-annya.
Ia cemburu. Ia kecewa dan ia menyayangkan.
Cemburu akan kualitas penggarapan film serial asal India itu.
Sementara kualitas sinetron di tivi lokal tentang Kian Santang begitu buruk.
Filem serial tentang Kian Santang penuh dengan garelut. Berkelahi.
Berkelahi antara sesama anak negeri. Tepatnya negeri Sunda.
Saya pahami keluhannya. Kendati saya orang Jawa.
Saya suarakan isi hati dan curahan jiwanya.
Semoga saja ada periset asal anak negeri yang peduli.
Sedemikian rupa membuat jalinan cerita bernuansa sejarah penuh makna hikmah.
"Kenapa tidak ada budayawan Sunda atau orang Sunda biasa yang memprotes?"
"...kepada sutradara, produser, penulis atau televisi lokal yang menyiarkan filem serial Kian Santang?"
"Kenapa orang Sunda diam saja? Ketika sebuah filem serial yang tayang hampir tiap hari, menggambarkan orang sunda berkelahi saja?"
Demikian, keluh sesal dirinya.
Aku akui, bahkan istriku pun demikian.
Ia juga menyukai 'Mahabarata' seperti dulu ia juga menyukai serial yang dibintangi Oki Setiana Dewi.
Hal terpenting ialah karena ia menyukai kesantunan dan kesopanan bahasanya.
Kedalaman pelajaran dan hikmahnya.
Ada banyak perumpamaan disampaikan.
Ada cerita yang dituturkan.
Iya. Ia bernuansa Hinduisme.
Namun, ada beberapa nilai yg bisa diadopsi karena sifat semestanya.
(Bersambung)