Pergi menuntut ilmu kekota
Mereka anak anak tak berdosa
Lahir dari ibu bapak terisolir
Dari harta dan edukasi
Hari ini terasa kelam
Dibawa tidur oleh guru yang berwajah lesu
Aku benci lihat wajah itu
Terpampang di beranda hp ku
Ku telusuri seluk beluk cerita dan berita
Semakin kucaci maki manusia itu
Katanya guru
Tapi dari binatang pun kau tak bisa belajar sesuatu
Katanya guru
Kau pacarnya, bapaknya sekaligus suaminya
Dasar, manusia ambigu
Katanya guru
Tapi kau santap sedap siswimu
Dengan lahap sampai perutnya
Bunting karena kau sadap
Di remang remang kamar
Empuknya kamar hotel
Dan gerusuhnya ruang kantormu dengan nafsu bejatmu
Anak anak gadis yang malang
Bergumam ketakutan dalam ruang
Dia datang kembali menyantap
Habis sudah sekujur tubuh anak itu
Dijilati, digauli dan dipoles janji
Kedua kalinya dia bunting
Dan melahirkan anak manusia
Yang kenyang dengan manipulasi
Alih alih profesi
Sekarang dibalik jeruji besi
Mukanya sok pucat pasi
Didepan polisi
Basi
Wahai anak manusia
Hatimu kau gadaikan
Nuranimu kau bakar
Dengan api birahi
Selamat menempuh hidup baru
Dan semoga kau cuma satu.
Noted dari penulis
Puisi ini lahir dari kegelisahan, setelah melihat wajah Herry Wirawan, terpampang di layar hp. Dia sempat viral karena memperkosa santriwatinya sendiri.
Prilaku bejatnya ini telah dilakukan berulang kali, sampai korban hamil dan melahirkan.
Saat persidangan kata KHILAF menjadi andalan orang-orang yang tidak punya moral. Khilaf selalu menjadi kambing hitam, disangka akan dibela oleh keadaan.
Kalian yang dipercaya jadi panutan, dan tanggung jawab sebagai pendidik di negeri ini. Berprilakulah sewajarnya manusia yang berilmu, etika, dan agama.
Saya harap kejahatan faktor sengaja ini, berhenti dititik ini. Semoga hukum keadilan benar tegas, dengan segala saksinya.