Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi: Sepasang Petani

24 Desember 2021   07:35 Diperbarui: 27 Desember 2021   22:44 414 18
Belakangan ini susah tidur
Badan cepat lelah katanya
Makan kurang bernafsu pangkasnya
Tapi tetap jadi penghibur
Dimataku yang sudah berkaca-kaca

Kulihat dadanya makin tipis
Baju yang kemaren mengetat
Menjadi longgar ditubuhnya

Ibuku sudah tidur
Badannya capek
Dari pagi bergelut dengan jerami
Miang pun tak gatal dikulit
Lumpurpun telah menguning di kuku jari

Yang tiap hari dibenamkan di tengah sawah milik kita

Burung gerejapun terbang melayang
Mengintai bulir padi yang menguning
Tikus jantan dan betina berkelana di rawa-rawa sawah
Melubangi pembatas sawah, dan keluar dimalam hari
Dikala ibu dan bapakku telah pulang


Keong--keong merapat dan berkembang biak dengan cepat
Merajut dari genangan air setinggi mata kaki
Sedikit-sedikit namun pasti
Daun -daun padi yang baru merambat ikut disambat

Banyak tingkah di sawah banyak upaya untuk bertahan
Semua telah menyatu menjadi kehidupan

Ibu dan bapak tak pernah mengutuk
Mereka semua bagian semesta
Tak ada gunanya memaki
Setiap yang bernyawa punya rejeki

Ibu dan bapak sepasang petani
Kudoakan semesta juga melindungi
Kalian

Disaat tanganku tak bisa memeluk erat
Keluh kalian yang jarang kudengar

Kita terpisah untuk sementara waktu
Tetap bahagia menyebrangi jembatan hidup

Anakmu, sungguh rindu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun