Aku tidak ingin kau membaca ini, karena aku hanya ingin berbicara dengan malam dan angin,
Disini awan sangat jauh terlihat, bulan tampak kecil, ketika aku jauh aku akan berniat akan menulis ini, aku ingin masuk jauh kedalam kedalam perenunganku,
Kenapa kita se egois ini?, kita tidak ingin memikirkan hal yang tidak kita impikan, saat ini tak ada yang melarangku pergi kemana saja aku ingin memenuhi hasratku dan kaupun ragu dan mulai khawatir akan apa yang aku jalani, kita seakan-akan tak saling mengerti sebelum ini,
Takut akan kata-kata yang pernah ku ucap, itu alasan yang tepat bagiku
Ketika disana cerah, disini mendung, perbedaan sauasana mungkin akan membuat kita mampu merasa dengan baik. Seiring waktu kita perlahan-lahan mulai bertanya apa yang harus dilakukan saat kesendirian, apa yang kita harus perbuat saat emosi menguasai hati, apa kita masih bisa berharap pada janji?,
Aku cinta padamu,,,
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi kita punya banyak impian yang dalam tentang perburuan ini. Jalan kini perlahan mulai licin dan terjal, sesekali kita terjatuh dan bangkit kembali, namun apakah selamanya kita masih mampu bangkit dan berdiri kembali saat cobaan tak ada habisnya?
Sayang, kita tak pernah tahu, kerinduan itu ada dimana?, bahkan tentang cintapun kita tak mengerti banyak, kita hanya ingin menjalani hubungan yang dalam, tetapi kita belum bisa beriteraksi dengan dalam
Begitu mesra dekapan yang kita pernah sandarkan pada dan atas cinta, hingga kita lupa bahwa kita masih belum bisa membuat yang terbaik untuk Dia, begitu dalam kita terbuai oleh belaian angin dan indahnya kota di alun-alun kemesraan padahal kita belum siap untuk menghadapi dingin pada malam dan panas saat siang,,,
Jangan pernah menyerah pada takdir,,,
Kalau seandainya Dia yang menulis segala hal tentang takdir, kenapa harus ada pilihan...???
Subuh Sejuk, Januari 2010