Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Kuliah Kerja Nyata, Ngapain?

23 April 2014   01:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 551 1
Waaah akhirnya saya kembali menulis lagi setelah sekian lama absen dari dunia tulis menulis di blog maupun akun Kompasiana.

Menulis untuk saya adalah suatu yang paling bisa menjadi obat pereda emosi. Sekaligus menyampaikan aspirasi, setelah diskusi selalu saja ingin menulis (tapi malas) hha.

Okay, kali ini saya mau cerita sedikit tentang pengalaman baru saya yang juga menjadi pertanyaan buat saya.

Bagi mahasiswa semester enam di kampus saya, saat ini adalah masa dimana kami semua harus di"hijrah"kan ke daerah asing untuk menjalankan pengabdian pada masyarakat, warga kampus kami menyebutnya Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kami diminta memilih kabupaten / kecamatan yang ingin kami jadikan tempat mengabdi selama satu bulan. TIdak sendirian, satu desa satu kelompok. Disana kami akan menjalankan beberapa program kerja yang sudah dirancang sebelumnya dan dirasa sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat disana, contoh pencerdasan anak dengan adanya les gratis selama dua minggu berturut-turut, dsb. Saya antusias sekali dengan kegiatan ini dan juga karena tempat tujuan saya ini adalah Kab. Berau, (meskipun masih jauh dari Derawan sih) tapi tak apa, saya masih bisa memijakkan kaki di daerah kesultanan Berau, Sambaliung. Alhamdulillah.

Dari hasil tanya-tanya dengan senior yang sudah pernah menjalani KKN ini, ada beberapa jawaban yang menurut saya tidak menyenangkan.

1. Kadang-kadang, kita bisa dapat teman satu kelompok yang sulit diajak kerja sama.

2. Karena latar pendidikan kita beda-beda (berbeda jurusan), terkadang sulit untuk menyatukan misi kelompok

3. Kalau cuma jadi anggota, trus kita lebih vocal, bisa dibilang sok-sokan.

4. Biasanya yang jadi korban untuk dijadikan ketua itu anak yang aktif organisasi.

Dan saya hanya bisa menghela nafas, sungguh berat KKN ini jika dibayangkan.

dihari pertama menghubungi semua anggota saja, ketua kelompok saya yang hanya satu-satunya lelaki saja sudah tidak menerima amanah itu, dan melemparnya ke saya -.- meskipun belum ada persetujuan anggota lain, ini sudah bisa mewakili statement nomor 4. karena isunya mereka ini termasuk fakultas yang mahasiswanya pasif. (saya satu-satunya mahasiswa yang berbeda fakultas, yang lain dari fakultas yang sama). Belum lagi membayangkan kalau kami punya anggota kelompok yang  manja, dan tidak bisa diajak bekerjasama, wah ini pasti menyebalkan sekali.

Intinya, KKN ini ditujukan untuk melatih jiwa kepemimpinan mahasiswa, bagaimana bisa mengkoordinasi anggota dengan baik, menyelesaikan program kerja dengan baik dan akhirnya diberi nilai yang menjadi penentu apakah kami lulus atau tidak. Nah, kalau cuma menginginkan nilai saja tapi tidak mau berusaha untuk mendapatkannya, ngapain KKN? mau jalan-jalan? liburan gratis? kasihan sekali yang bekerja keras demi menyelesaikan program kerja.

Memang sih, saya setuju sekali dengan ungkapan sahabat saya "Ilmu tidak bisa diukur dengan nilai". Karena memang menurut saya nilai itu adalah angka yang didapatkan saat kita bisa menyelesaikan sesuatu dengan benar, tapi belum tentu yang dapat nilai bagus dapat ilmu dari apa yang dikerjakan. tapi Insya Allah, kalau kita punya ilmu, nilai kita selalu baik. Jadi, pilih ilmu atau pilih nilai??

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun