Selepas lulus kuliah, hampir sebagian besar teman-teman yang lulus bersamaan dalam hitungan minggu sudah berhasil mendapatkan pekerjaan. Sedangkan saya? hm.. masih berjuang dan belum satupun ada yang nyangkut. Namun, beruntung masih ada kontrak menjadi asisten di kampus, setidaknya walaupun tidak bergaji besar tapi lumayan bisa nambah-nambah uang saku. Sebulan berlalu, masih belum ada tanda-tanda akan segera bekerja, mulai ketar ketir karena kontrak mengajar mulai akan berakhir. Dua bulan berlalu, masih tetap sama. Ada rasa cemburu saat teman dengan bangganya bercerita suasana kerja di sebuah perusahaan besar di CBD. Bulan ketiga kontrak mengajar selesai, kegalauan dimulai. Mengirimkan lamaran kerja ke berbagai tempat, namun dari 20 perusahaan yang dilamar hanya 2 yang memanggil dan ternyata masih belum berjodoh pula. Sedih, Kesal, Malu dan banyak perasaan lainnya bercampur aduk. Bulan ke-empat mendapatkan surat panggilan dari sebuah station TV swasta yang terkenal berlokasi di kebon jeruk. Tahap Interview dengan User berhasil dilampaui, malah setelah selesai interview, sang User menunjukkan kepada saya, tempat duduk saya kelak jika bergabung. Melambung dan berharap banyak saya bisa bergabung di perusahaan ini. Seminggu kemudian mendapat panggilan untuk tes kesehatan dan diinformasikan bahwa pihak HR akan menghubungi saya kembali dan mereka membolehkan saya untuk menghubunginya jika masih belum ada kabar dalam satu minggu. Satu minggu berlalu masih belum ada kabar, akhirnya mencoba menghubungi pihak HR untuk mencari tahu, mendapat kabar bahwa saya lulus tes kesehatan dan 90% saya bisa bergabung, tinggal menunggu putusan dari manajemen. Tunggu punya tunggu masih belum ada kabar, hingga 3 minggu kemudian masih belum ada kabar juga. Pupus sudah harapan saya, mencoba untuk tidak berharap banyak, dimulai kembali proses memasukkan lamaran ke banyak perusahaan. Bulan ke-lima berlalu, masih belum ada setitik harapan jika saya akan mulai bekerja. Berusaha & berdo'a tiada putus, sampai pada titik pekerjaan apapun yang didapat akan dijalani dengan kesungguhan hati. Bulan ke-enam, tiba-tiba mendapat telepon dari pihak HR sebuah perusahan pemegang lisensi International Courier yang menanyakan mengapa saya tidak datang ke kantor untuk tes bahasa inggris? saya bingung, saya tidak menerima pesan ataupun surat panggilan untuk tes. Lalu saran dari pihak HR coba hubungi User saya untuk menanyakan apa yang harus saya lakukan karena terlewat tes bahasa ingris ini. Kemudian berhasil berbicara dengan beliau dan disarankan untuk ikut tes bahasa inggris gelombang selanjutnya. Dua hari kemudian, saya sudah berada di kantor perusahaan tersebut untuk tes bahasa inggris. Tak lama berselang saya mendapat panggilan untuk interview dengan User. Berdo'a, berharap dan pasrah atas apapun yang terjadi kelak, yang penting saya akan memberikan yang terbaik. Seminggu setelah interview, saya mendapat panggilan lagi bertemu dengan user dan ternyata saya DITERIMA. Senang bukan kepalang, akhirnya setelah proses mencari kerja selama 6 bulan terbayar.
Posisi yang saya lamar saat itu adalah Customer Service Reps. Beberapa teman, sempat berkata : "engga salah nih, asdos kerjanya jadi customer service?" atau ada yang berkomentar "tenyata IP gede bukan jaminan dapat kerja yang bagus ya?" . Duh, tertampar dan marah, beruntung saya memiliki sahabat yang menguatkan saya untuk tidak mendengarkan apa yang orang bilang. Berhasil, saya anggap angin lalu saja semua komentar yang tidak membangun itu. Suka duka menjadi customer service pun mulai dirasa, namun seperti janji saya, kalo saya harus menikmati pekerjaan ini. Pada bulan ke-tiga saat probation evaluation, manager saya bertanya: " akan berada dimanakah saya 2tahun mendatang". Saya menjawab : " saya senang mengajar, saya senang berada di depan kelas/forum untuk berbagi." Manager saya berkata : "bagus sekali, jangan pernah berhenti bermimpi. Kamu bisa jadi trainer di perusahaan ini jika kamu mau." Berbinar-binar mata mendengar hal tersebut. Lalu beliau menambahkan : "Biasanya ada internal vacancy, semoga nanti jika ada lowongan posisi trainer kamu harus coba ya." saya menganguk dan menjawab : "baik bu, saya akan coba." Memang semua sudah di atur, setelah 3 bulan dari evaluasi itu, ada email masuk dari HR yang menginformasikan bahwa ada posisi trainer terbuka. Dengan berbekal mimpi dan do'a saya ketuk pintu ruangan sang manager. " Masuk" beliau menjawab. Kemudian saya membuka percakapan " Bu, saya mau ngobrol boleh?. beliau menjawab: "boleh saja ada apa? " kemudian saya bercerita mengenai keinginan saya untuk melamar ke posisi trainer yang sedang dicari saat ini. Dan saya bersyukur beliau memberikan dorongan untuk mencoba dan ternyata dalam hitungan minggu saya sudah berpindah lokasi kantor. Ya saya DITERIMA sebagai trainer. Menjadi trainer di perusahaan ini banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan. Perjalanan dinas baik lokal maupun international menjadi santapan sehari-hari, hingga akhirnya 4,5 tahun kemudian saya memutuskan untuk mengepakkan sayap mencari pengalaman baru. Bergabung dengan salah satu konsultan HR sebagai Training Facilitator disini ilmu sebagai facilitator semakin terasah. Hanya bertahan setahun, sampai akhirnya dibajak oleh Headhunter untuk bergabung dengan sebuah perusahaan telekomunikasi yang akan segera launching produknya. Bersama-sama dengan tim berusaha membangun Customer Service Training Department, namun sayang masa saya bergabung bersama perusahaan ini tidak lebih dari satu tahun. Saya harus mengundurkan diri dikarenakan saya menikah dan harus berpindah ke negara tempat suami berdomisili.
Perjuangan mencari pekerjaan di negara tempat domisili baru saya dimulai. Dari sekian banyak lamaran yang dikirimkan hampir sebagian besar membalas dengan isi yang seragam, - We're sorry to inform you that you are not the right person that we are looking for. We wish all the best for your future. Hm.. mulai lagi deh nih, tapi karena sudah menjadi pilihan untuk berpindah ke negara ini, akhirnya kembali, saya pasrah untuk bekerja apa saja yang bisa saya kerjakan. Mulai dari pekerjaan di sebuah rumah sakit, pabrik, cleaner semuanya dilakukan. Tahun pertama pindah, saya mencoba mencari informasi bagaimana saya bisa memasukkan lamaran ke perusahaan courier service yang dulu saya sempat bergabung bersamanya. Akhirnya mendapat kesempatan bertemu dengan managernya, namun sayang saat itu belum ada lowongan pekerjaan. Namun beliau berjanji jika ada lowongan beliau akan menghubungi saya. Tahun kedua, saya mendapat kabar kalo ada lowongan posisi yang dulu saya punya di indonesia. Bahagia & bersemangat saya coba jalani semua tes, namun ditengah proses tersebut saya merasa berat hati. Teringat dulu betapa sibuknya saya dengan perjalanan dinas. Kamar tidur hanya ditiduri sesekali saja - karena banyaknya waktu bepergian. Situasinya sekarang berbeda dengan saat di Indonesia, saya memiliki bayi berumur kurang dari 1 tahun. Dan sepertinya agak sulit buat saya bisa sesibuk dulu. Tuhan tahu apa yang terbaik dari situasi saya. Saya Gagal mendapatkan pekerjaan itu. Kecewa pasti, Sedih iya.. tapi teringat bahwa Tuhan sebetulnya menjawab do'a saya. Dalam do'a saya berkata : "Tuhan, jika memang pekerjaan ini baik untukku, bayiku dan keluargaku maka mudahkanlah dan biarkan hamba mendapat pekerjaan ini. Namun jika hal ini tidak baik untukku, bayiku dan keluargaku maka biarkan hamba ikhlas menerima bahwa hamba gagal mendapatkan pekerjaan ini." Kembali kemudian mencoba bekerja paruh waktu, dimana waktunya bergantian dengan sang suami. Saat suami pulang ke rumah, saya bekerja sekitar 2-3 jam sehingga kami bergantian untuk menjaga sang bayi. Sempat terfikir untuk menyerah mengetuk pintu perusahaan kurir tersebut. Entah kenapa, tiba-tiba ada dorongan untuk mengontak manager cabang sekedar say Hello. Tak dinyana, ternyata ada lowongan paruh waktu dan beliau menanyakan apakah saya mau coba?. Dengan mantap saya berkata : "yes i want to apply for that position." walopun posisi tersebut adalah entry level namun tak membuat saya merasa rendah, karena saya berkeyakinan yang penting bergabung dulu nanti bisa berkembang dari sana. Ya... berbekal pengalaman dulu saat di Indonesia. Kini sudah hampir 3 tahun saya bergabung dan saya masih menikmati pekerjaan ini. Dan tentu saja sambil terus berusaha untuk meraih mimpi. - Ternyata rencana Tuhan itu sangat Indah, Tuhan tahu yang saya butuhkan. Jika saja saat di Indonesia saya tidak ambil pekerjaan yang semula hanya sebagai Customer Service, tidak mungkin saya bisa bergabung dengan perusahaan tersebut di negara ini... Alhamdulilaah... terima kasih ya Allah.
* Teriring terima kasih kepada mereka yang atas perintah Tuhan ikut menorehkan warna dalam perjalanan karir saya