Ketika kita mendengar kata “Aceh”, maka akan banyak hal yang pertama kali terlintas di pikiran kita masing-masing. Sebagian dari kita ada yang membayangkan tentang satu provinsi di ujung barat Indonesia, sebagian lagi ada yang membayangkan tentang Bumi Serambi Mekkah yang kental nuansa keagamaannya, dan berbagai hal positif lain yang kita pikirkan tentang Aceh. Ada positif, ada juga negatif. Teringat sebuah kejadian masa lalu yang belum sirna dari ingatan ketika Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menciptakan suasana yang tidak kondusif di Aceh. Mulai dari 4 Desember 1976 ketika Muhammad Hasan di Tiro mendeklarasikan kemerdekaan Aceh, tahun 1980-an ketika GAM merasionalisasi status politiknya dan memperkuat sayap militer Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) dengan mengirim kader mereka ke Libya untuk latihan militer, hingga penetapan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) dan tindak penumpasan berskala besar yang belakangan memicu keberatan publik terhadap pemerintah di Jakarta.