Dari pintu gerbang kecil berpagar kawat, pandangan kami tertumpu pada sebuah menhir besar. Ukuran tingginya hampir mencapai 4 meter, dengan lebar dan panjang 0,7-1 meter. Kami semua jadi mungil ketika berpose di samping Tugu Gede ini.
Sisi depan menhir tertutup lumut hijau tua dan jamur putih. Sedangkan sisi lainnya yang terkena matahari, bercak jamur putihnya lebih sedikit. Lumutnya berwarna hijau muda dan bernuansa jingga. Terdapat susunan batuan yang lebih kecil bersender pada menhir. Saya menemukan bekas-bekas dupa yang dibakar. Sepertinya sisi ini yang sering digunakan sebagai tempat ritual. Tak jauh dari menhir ini terdapat susunan tangga batu menuju ke sebaran batu di bagian bawah.
Hampir 140 tahun setelah Adolphe Guillaume Vorderman (1844--1902), dokter dan peneliti Belanda  melaporkan temuan megalitik di daerah yang sekarang masuk ke dalam Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, kami senang bisa datang ke situs ini. Lokasi ini juga menjadi rute untuk menuju kampung adat Ciptagelar, sekitar 17 km. Kami ditemani oleh Teh Hilda, Kang Dida dan Kang Wildan, dari Jelajah Sejarah Soekaboemi (JSS).