Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

AKU dan SENJA: Mengintip Eksotisme Langit Borobudur

1 Juli 2012   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 670 6

Senja adalah suguhan nikmat bagi mereka yang sepakat dan mengamini eksistansi pesona mayapada. Senja selalu menjadi incaran papparazi, santapan bagi mereka yang menggilai puisi, mencandui seni lewat gambar dan lukisan. Hingga tak mengherankan jika banyak karya manusia terinspirasi oleh suasana senja. Tidak sekedar menginspirasi, momen menyaksikan tenggelamnya matahari juga membawa rasa tenang dan kedamaian yang berkepanjangan. Dan aku beruntung, bisa menikmati senja di Borobudur, satu dari tempat bersejarah terindah  yang pernah ada di dunia.

Cerita berawal ditanggal 30 bulan Juni kemarin. Dimana tanggal tersebut merupakan jadwal test bagi pendaftar S2 sebuah PTN di Jogjakarta, sebagai peserta maka sehari sebelumnya aku harus bersiap untuk bertolak ke sana. Berhubung sama sekali tidak ada persiapan, maka kuputuskan menggunakan travel. Dengan begitu, selama 11 jam sepanjang perjalanan bisa kuluangkan waktuku untuk melahap jurnal dan bacaan yang sekiranya berkaitan dengan materi yang akan diujikan. Esoknya, selepas test sekitar pukul 14.00 sebelum kembali ke Malang tiba-tiba aku ingin sekali mengunjungi Borobudur. Umurku sudah seperempat Abad dan selama tinggal di pulau Jawa tak pernah sekalipun kuinjakkan kaki di situs yang sudah terkenal di seantero dunia. Rugi sekali bukan?

Dus, walaupun aku tahu jam kunjungan sudah akan ditutup pada pukul 17.00 segera kurayu temanku untuk mengantarkan ke Magelang dimana Borobudur menjulang megah disana. 20 menit kemudian berdua kami berangkat, membelah jalanan dan menghabiskan waktu dikendaraan selama satu jam. Tepat pukul 16.30 kami pun tiba dipelataran. Artinya waktu kunjungan masih menyisa 30 menit lagi dan akupun tergesa ikut berjejal mengantri. Aneh sekali, walau sudah mau tutup toh pengunjung masih mengular untuk mendapatkan tiket masuk. Begitulah, meskipun sudah tidak masuk dalam 7 keajaiban dunia, pesona Borobudur tetap membuat banyak orang penasaran.

Setelah mendapatkan dua tiket dengan bandrol harga 30.000 perlembarnya, kami bergegas memasuki area wista peninggalan Dinasti Syailendra. Sore yang menyapa dan sayup suara speaker petugas yang mengingatkan pengunjung untuk bersiap pulang, sama sekali tak menyurutkan langkah kami menjejaki tangga candi, besemangat naik ke atas. Dengan kamdig pocket ditangan, sesekali temanku menjepret pemandangan candi. Mendatangi tempat ini di saat senja ternyata sebuah anugerah. Bagaimana tidak? Langit senja Borobudur menyuguhkan pemandangan eksotis yang memanjakan mata. Membuai pikiran untuk mendadak menjadi romantis dan menenggelamkan lamunan pada titik kulminasi paling indah. Too much awesome!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun