Proklim, adalah program yang memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang
telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang terintegrasi, sehingga dapat
mendukung target penurunan emisi GRK Nasional dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap
dampak perubahan iklim.
Proklim, Program Kampung Iklim sebagai upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim adalah program Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sejak tahun 2023 program kampung iklim bertranformasi menjadi program komunitas iklim, awalnya aksi upaya pengurangan dampak perubahan iklim berbasis wilayah administrasi seperti RW atau Kelurahan,, kemudian bergeser berbasis komunitas, seperti organisasi pencinta lingkungan dan lainnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui  ProKlim diharapkan upaya peningkatan ketahahan terhadap dampak negatif perubahan iklim sekaligus pengurangan emisi gas rumah kaca atau GRK dapat dilakukan mulai dari tingkat tapak.
Kegiatan Proklim di tingkat tapak secara garis besar, ada dua kelompok, yaitu kelompok pendukung atau pihak pihak lain sebagai pendukung dan kelompok kelembagaan seperti pemimpin wilayah atau kelompok penggerak.
Pertama kelompok pendukung,
Bentuk bentuk dukungan dari pihak pihak lain yang berperan aktif dalam adaptasi dan mitigasi pada wilayah tersebut dikelompokkan menjadi kelompok pendukung.
Pihak pihak lain yang mendukung serta berperan aktif dalam program adaptasi dan mitigasi diantaranya adalah, pihak Dunia Usaha melalui dana CSR, Pemerintah baik pusat maupun daerah melalui dana APBN atau APBD, Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) serta beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap isu-isu lingkungan hidup.
Kedua, Kelompok Penggerak,
Kelompok masyarakat yang mengorganisir,menginisiasi,menggerakkan dan mengelola upaya adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim pada suatu daerah tertentu kita sebut sebagai penggerak.
Biasa nya secara kelembagaan dalam melaksanakan adaptasi dan mitigasi di suatu wilayah yang mengikuti program komunita iklim terdiri dari kelompok penggiat atau penggerak dan struktur organisasi kewilayahan paling rendah  pelaksana ProKlim yaitu tingkat RW.
Mengorganisir , mengkoordinasikan serta kolaborasi  kelompok penggerak atau penggiat, kelembagaan wilayah dan kelompok pendukung kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam Proklim bukan perkara yang sederhana dan mudah.
Jangan kan mendapatkan kemudahan dukungan dari kelompok pendukung, Perguruan Tinggi atau Dunia Usaha? Â kelompok pendukung dari birokrasi saja sering kali terkendala oleh faktor ego sektoral.
Begitu juga suasana hubungan kelembagaan di tingkat tapak antara penggiat atau penggerak dengan pimpinan wilayah semisal RW terdapat berbagai kondisi di setiap wilayah.
Penulis akan menceritakan pengalaman tentang hubungan kelembagaan antara penggiat Proklim dengan pimpinan wilayah hasil pengamatan bukan hasil penelitian.
Pengamatan yang penulis lakukan dilihat dari sisi pengetahuan antara penggiat dengan pemimpin wilayah dalam hal ini pengurus RW. Ada 4 kelompok pelaksanaan Proklim ditingkat tapak dilihat dari sisi semangat dan kemampuan antara penggiat dan pemimpin wilayah.
Kelompok pertama, penggiat bersemangat tinggi dan punya kemampuan tinggi serta pemimpin wilayah juga semangat tinggi dan kemampuan tinggi.
Kelompok kedua, penggiat bersemangat dan kemampuan tinggi tetapi pemimpin wilayah semangat dan kemampuan nya rendah.
Kelompok ketiga, Penggiat bersemangat dan kemampuan rendah tetapi Pemimpin wilayah semangat dan kemampuan tinggi.
Kelompok keempat, Penggiat semangat dan kemampuan rendah serta Pemimpin wilayah semangat dan kemampuan nya juga rendah.
Di wilayah DKI Jakarta dimana penulis sebagai bagian dari penggiat Proklim, keempat kelompok itu ada tersebar di lima wilayah, kecuali pulau seribu, karena  penulis belum amati.
Bila mendapatkan kelompok pertama, dimana penggiat dan pemimpin wilayah mempunyai semangat dan kemampuan tinggi, maka Proklim akan berjalan sesuai rencana.
Sebaliknya bila ditemukan kelompok keempat, dimana antara penggiat dan pemimpin wilayah sama sama  loyo, dalam arti kata tidak ada semangat dan kurangnya kemampuan?maka Proklim tidak akan sukses seperti harapan kita  semua.