Suamiku itu,
dia…
Setelah malam-malam penuh peluh,
Tuhan menjawabnya…
Hanya Sang Rabb yang membuat
Dua purnama sebuah ajaib.
Sejenak sempat tercekat,
Lalu sedih pun raib.
Suamiku itu,
Jawaban pula dari doa khusyuk,
Penuh ikhlas dari indukku.
Bukan sempurna tentu,
Hanya terbaik termasuk,
Seperti putih yang menelan abu.
Suamiku itu,
Kokoh besar,
Dengan perut seperti hamil.
Bagiku,
Seksi benar,
Tersudut risauku pun terkucil.
Suamiku itu,
Tak pintar berujar.
Seringku merajuk sendu,
Kusadar hanya tindaknya terpapar.
Telur dadarnya di pagi hari,
Merayu senduku jadi seri.
Suamiku itu,
Kamu.