"This is the most important night in APOEL's history; a big night for APOEL, the fans and Cypriot football" - Ivan Jovanović (uefa.com).
Kunci sukses APOEL adalah determinasi yang digalang oleh 'poros maut' : Paulo Jorge-Gustavo Mandunca-Ailton. Jorge adalah bek dengan determinasi tinggi. Sejauh ini, APOEL baru kebobolan delapan gol dari delapan pertandingan selama Jorge bermain. Dua nama terakhir adalah pencetak tiga gol APOEL di babak penyisihan grup. Mandunca yang beroperasi di lini tengah APOEL bersama Nuno Morais dan Constandinos Charalambides menjadi ancaman nyata bagi lini pertahanan lawan. Sementara itu, Ailton yang sering diduetkan dengan Ivan Tričkovski di lini depan, berkontribusi terhadap efektivitas skema permainan APOEL yang mengusung pola klasik, 4-4-2.
Kekuatan penguasaan bola APOEL yang mencapai 42% termasuk capaian yang kontradiktif apabila disandingkan dengan total kemenangan dari lawan mereka yang memiliki statistik yang lebih baik dalam penguasaan bola. Porto, Zenit, Shaktar, dan Lyon memiliki rata-rata statistik penguasaan bola 54%, 54%, 52%, dan 51%. Inilah keajaiban APOEL. Membongkar segala fakta dan analisis di atas kertas dengan hasil mencengangkan.
Peran Jovanovic dalam memoles skuad ini patut diapresiasi. Peraih Serbian Coach of the Year 2011 ini telah menangani APOEL sejak musim 2008. Tangan dinginnya terbukti mampu mengubah APOEL menjadi tim yang diperhitungkan di Eropa. Jika kisah David versus Goliath versi Liga Champions ditakdirkan terulang kembali, APOEL berpotensi mengikuti jejak tim kejutan seperti AS Monaco, Dynamo Kyiv, Leeds United, bahkan Porto. Mereka telah membuktikan bahwa hegemoni tim-tim raksasa Eropa juga dapat ditaklukkan. Takdir telah tertulis dan kejutan para duta sepakbola Nicosia sepertinya masih belum berakhir.
+Didik Yandiawan+
sumber gambar dan statistik: www.uefa.com