“Niar!” ada suara pelan berbarengan dengan keluarnya Pak Nanto.
“Aa… aaa…aaa.” Zaniar kaget.
“Kenapa kaget?” pak Nanto keheranan.
“Maafkan Niar Pak. Niar terlambat.”
“Ooo tidak apa-apa. Masuk sini …. ini Bu Siti juga sudah menantimu.”
“Maafkan saya Bu…..”
“Tidak apa-apa.”
Setelah beberapa saat duduk, Zaniar mengangkat muka. Pak Nanto dan Bu Siti yang sejak tadi diam memperhatikan kini tersenyum.
“Wajah kamu seperti ketakutan.”
“Memang saya ketakutan Pak.”
“Ada masalah apa?”
“O tidak ada. Hanya tadi ketemu pak Kepala sebentar.”
“Inikah yang menyebabkan kamu terlambat sekarang?”
“Begitulah Pak.”
“Kamu punya masalah dengan beliau?”
“Ah tidak Pak. Biasa saja. Maksudnya pak Kepala biasa marah ke saya.”
“Jadi kamu pernah dimarahi pak Layang?”
“Pernah.”
“Kenapa?”
“Protes tentang ketidak adilan. Siswa yang terlambat diberi sanksi, eh guru yang terlambat masuk kelas atau terlambat ke sekolah tidak diapa-apakan.”
“Ah, dari mana kamu tahu informasi itu?”
“Ada guru yang bercerita dengan saya Pak.”
“Siapa?”
“Rahasia Pak.”
“Aaah bisa saja kamu! Duduk Neng …”
“Terimakasih Pak.” kata Zaniar sambil beranjak duduk.