Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen : Rendezvous, Gunung Ciremai

27 Februari 2016   22:08 Diperbarui: 9 April 2016   23:59 618 5
A-yu Nur-a-ma-li-a.
Gadis yang baru satu bulan naik ke kelas XII SMA itu mengeja nama pada kain bordir. Benar. Namanya sudah benar, tak ada yang salah. Setelah menerima border nama, ia menuju ke tukang jahit untuk memasangkan nama di jaketnya sekaligus. Tak lama. Hanya sekitar lima menit nama itu telah terpampang di jaket pecinta alamnya.
Usai memasang label nama, gadis itu melajukan motornya ke arah toko olah raga Ram’s Sport yang ada di kotanya.
“Cari apa teh?” sambut seorang pemuda dengan ramah.
Cover bag.”
“Buat apa?”
“Ada apa enggak?” tanya Ayu ketus.
“Iya buat apa?”
“Buat sekolah!” jawab Ayu sekenanya.
“Huuuu…. cover bag kok buat sekolah. Buat camping teh, buat naik gunung.” Kata pemuda itu sambil tertawa. Ayu kesal.
Cover bag ya buat itulah, buat naik gunung! Ada nggak?”
“Teh Ayu mau naik gunung?” pemuda itu bertanya sambil menyebut namanya.
“Eh, kok tahu namaku?” Ayu kaget.
“Tinggal mbaca saja di jaket si teteh kok!”
“Ooooo…… “ kata Ayu seraya mengeleng-gelengkan kepala.
“Kapan mau muncaknya teh?”
“Eh, Kak, ini saya mau beli barang kok malah ditanya yang bukan-bukan.”
“Beli apa?”
“Ya ampuuuun …. Cover bag. Merk Eiger, yang ori … “
“Mahal teh.”
“Huuuh …. ribed amat sih! Aku yang mau beli, apa dikira aku nggak punya uang.”
“Iya ….. iya …… jangan marah ah! Teh Ayu. Yang Eiger kayaknya stoknya nggak ada. Ada juga yang Consina.”
“Ooo ya sudah kalau nggak ada.” kata Ayu seraya beranjak pergi.
“Teh Ayuuuu … tunggu. Kalau mau cari di Cirebon, banyak!”
“Nggak nanya!”
“Kenapa harus cari yang Eiger?”
“Sudah janjian sama anggota lain, harus seragam.”
“Oh kejam sekali anggotamu itu Teh!”
“Enak saja!”
“Emmmhhh…. Begini, ini serius teh Ayu. Kalau memang harus Eiger, aku punya. Bukan barang baru sih.”
Second maksudnya?”
“Bukan. Saya tidak menjualnya. Kalau mau pakai saja dulu. Dipinjam … maksudnya saya pinjamkan dulu. Mau nggak?” kata pemuda itu menawari.
Gadis berhidung mancung itu diam sejenak. Tapi kemudian ia menggeleng.
“Terima kasih, nggak usah!”
“Sesama pecinta alam kok gitu. Jangan ngambek … katanya sesama pecinta alam itu kayak saudara. Betul nggak? Apalagi kalau di puncak, rasa sehobby, rasa sepikiran, rasa senasib, rasa sekesatuan dengan alam, kadang mengalahkan segalanya.”
“Memang si Kakak pecinta alam?”
“Hahaa! Nggak tahulah … tapi mau ya saya pinjamin cover bag Eiger, ori Teh Ayu, masih ada kartu garansinya. Sudah nggak berlaku siiih, tapi itu tandanya ori.”
“Mmmm…. gimana ya?”
“Teh Ayu sekolah di mana?”
“SMAN 1 Majalengka.”
“Ada kartu OSIS?”
Entah kena hipnotis apa, gadis itu menerima saja usul pemuda penjaga toko Ram’s Sport, Pikir Ayu, daripada nanti dikerjain teman grupnya, mending mengorbankan sedikit rasa malu. Tadinya ia mau meninggalkan kartu OSIS sebagai borg, tetapi tidak jadi. Kata Ramadhan, demikian nama penjaga toko Ram’s Sport, tak perlu menyimpan borg. Apapun itu. Apalagi kartu OSIS adalah kartu identitas yang selalu diperlukan di mana saja berada selama belum punya KTP.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun