Seperti yang kita ketahui Steven Spielberg telah mem-film-kan serial komik terkenal bertokoh utama wartawan berjambul Tintin dengan judul
The Adventures of Tintin: Secret of The Unicorn. Film ini berdasarkan tiga buku Tintin terkenal yang sudah diterjemahkan ke 60 bahasa termasuk Indonesia:
The Crab with Golden Claws,
The Secret of The Unicorn dan
Red Rackham's Treasure. Di Indonesia komik Tintin pertama kali diterbitkan oleh Indira lalu pada 1990-an Gramedia Pustaka Utama mulai menerbitkan berdasarkan versi Prancis, tidak seperti Indira yang berdasarkan versi Inggris. Ada beberapa perbedaan nama tokoh dalam kedua versi ini. Di versi Indira, nama anjingnya adalah Snowy dan di versi Gramedia adalah Milo, lalu Profesor Kalkulus (Indira) dan Profesor Lakmus (Gramedia). Menurut laporan majalah Time terbaru yang menampilkan cover dari film tersebut, Steven Spielberg sebetulnya sudah tertarik mengangkat cerita komik tersebut pada tahun 1983. Ketika Steven Spielberg sedang mengerjakan film
Indiana Jones and The Temple of Doom di London menyusul keberhasilan film terdahulunya,Â
Raiders of The Lost Ark, ia banyak mendengar resensi di Eropa yang mengaitkan Indiana Jones dengan Tintin. Saat itu ia belum mengenal apa dan siapa itu Tintin dan resensi tersebut banyak disampaikan dalam bahasa Prancis yang tidak ia pahami sepenuhnya. Penasaran dengan tokoh Tintin, akhirnya ia mencari tahu dan berkeinginan menemui sang penulis komik asal Belgia tersebut, Herge. Saat itu juga ia menghubungi Herge tentang pembuatan versi film dari kisah wartawan muda yang sering terlibat dengan berbagai petualangan tersebut. Herge menyukai film-film Spielberg dan ia setuju jika komiknya disutradarai oleh Spielberg. Beberapa minggu kemudian Spielberg berencana menemui Herge di Brussel tetapi sebelum rencana itu terpenuhi, sang komikus telah meninggal dunia pada usia 75 tahun. Akan tetapi, keinginan Spielberg tetap kuat dan ia membeli hak pembuatan film atas komik tersebut dari istri mendiang Herge. Akan tetapi, karena mengalami kesulitan dalam penulisan skenarionya dan ada banyak film yang harus ia kerjakan, film tersebut baru terwujud sekitar tiga dasawarsa kemudian. Pada 2003, dua puluh tahun setelah Spielberg menelepon Herge, ia kembali ke proyek pembuatan film
Tintin. Saat itu sutradara bertangan dingin tersebut sudah mengetahui film
Tintin akan seperti apa dan medium apa yang akan ia gunakan, yakni apa yang disebutnya "
performance capture", sebuah teknologi animasi yang pada 1980-an dan bahkan awal 1990 pun belum ada. Robert Zemeckis-lah sutradara yang mengawali bentuk animasi tersebut melalui film
The Polar Express. Akan tetapi, saat itu Spielberg belum mencoba menggali lebih jauh tentang teknologi tersebut hingga proyek tersebut terkubur kembali. Setelah mempelajari film-film Zemeckis, termasuk
Beowulf, lalu film
Avatar-nya James Cameron, Spielberg mulai tergerak mewujudkan impian lamanya dan ia menggunakan pembuat animasi
Avatar, Weta Digital, yang bermarkas di New Zealand. Perusahaan ini didirikan oleh sutradara film terkenal, Peter Jackson, yang telah sukses membuat trilogi
The Lords of The Rings. Awalnya Spielberg mendatangi Peter Jackson hanya untuk minta dibuatkan animasi awal dari Snowy, anjing
terrier berbulu putih yang cerdik milik Tintin. Pertemuan tersebut berbuah kerjasama berkelanjutan antara Spielberg sebagai sutradara dengan Peter Jackson sebagai produser. Kesulitan mereka alami ketika harus memilih di antara 24 buku petualangan Tintin (termasuk seri terakhir yang tidak selesai,
Tintin and Alph-Art). Akhirnya mereka sepakat untuk memulai dari buku ke-11,
The Secret of The Unicorn dan dua buku yang lain. Kerumitan pembuatan animasi "
performance capture" ini pun berlanjut dengan keinginan sang sutradara yang perfeksionis ini untuk membuat versi film yang benar-benar mengambil nyawaÂ
art dari komik tetapi dengan versi animasi yang lebih baik dari film-film serupa. Untuk pembuatan tokoh utama Tintin saja memerlukan waktu sekitar tiga tahun, termasuk pemilihan aktor yang benar-benar harus dapat menampilkan karakter Tintin di komik. Pilihan pemeran Tintin pun akhirnya jatuh ke aktor Inggris Jamie Bell yang pernah berperan di film pemenang Oscar,
Billy Elliot dan juga pernah bekerja sama dengan Peter Jackson di film
King Kong. Film ini merupakan pengalaman pertama  Steven Spielberg menyutradarai film animasi. Kesulitan dan kaganjilan ia alami karena biasanya ia menghadapi
setting dan pemain nyata.Â
"Saya terbiasa datang ke sebuah set dan terinspirasi dengan keadaan langit aktual hari itu, ketika cahaya bersinar mengenai pepohonan dan gedung-gedung," ujar Spielberg, "Tetapi di Tintin ini tidak ada set, lebih menyerupai lapangan basket luas, ruang besar berwarna putih dan bersih untuk pembedahan." Spielberg bekerja di ruang model digital yang ia saksikan di layar saat ia mengambil gambar para aktor. Konon persiapan pembuatan film ini dilakukan tidak kurang dari lima tahun tetapi waktu syuting-nya hanya memerlukan 31 hari. Akan seperti apakah kehebatan film
Tintin yang saat ini sedang diputar di berbagai negara Eropa tetapi baru Desember nanti diputar di Amerika dan tidak diketahui dengan pasti jadwal pemutaran di Indonesia (penulis memeriksa di IMDb dan belum ada jadwal untuk negara kita), kita akan ketahui dalam beberapa bulan ke depan. Namun kelihatannya proyek ini sangat optimis dan antusias karena sekuelnya,
The Adventures of Tintin 2, telah dipersiapkan dengan kedua sutradara ini bertukar tempat, di sekuelnya Peter Jackson akan berperan sebagai sutradara. Sambil menunggu kehadirannya di layar bioskop di Indonesia, game resmi dari film
Tintin ini juga telah beredar untuk versi PC, iPhone dan Android. Game buatan pengembang terkenal Gameloft ini tidak kalah seru dimainkan di PC dan iPad. Sumber: Time, IMDb dan beberapa media lain.
KEMBALI KE ARTIKEL