"Saya akan menghembuskan napas terakhirku jika perlu dan saya akan menggunakan setiap sen dari uang Apple yang $40 milyar di bank untuk membetulkan kesalahan ini," ucap Jobs. "Saya akan menghancurkan Android karena itu adalah produk curian. Saya akan melancarkan perang thermonuclear terhadap hal ini." Selanjutnya diceritakan Steve Jobs bertemu dengan Eric Schmidt di sebuah kafe di Palo Alto, California untuk membicarakan hal tersebut dan Steve menyatakan dia tidak ingin mengajukan tuntutan hukum tetapi ia ingin Google berhenti menggunakan ide-ide Apple di Android. Seperti yang akhirnya kita ketahui perseteruan di antara Apple dan Google melalui beberapa vendor yang menggunakan Android kian memanas dan seperti tidak berkesudahan.
Di buku ini juga diceritakan awal mula penggunaan nama Apple untuk perusahaan yang dibangun dari garasi bersama sahabatnya, Steve Wozniak. Lalu saat Steve Jobs keluar dari perusahaan yang ia dirikan sendiri pada 1985 dan menyebut eksekutif yang menjalankan Apple saat itu sebagai orang-orang korup dengan nilai-nilai korup yang lebih mengutamakan mengeruk uang untuk diri sendiri dan Apple daripada memikirkan produk yang hebat. Pada 1997 Steve kembali ke Apple dan akhirnya menghasilkan produk revolusioner seperti iMac yang berwarna-warni, iPod, iPhone dan iPad serta membawa Apple menjadi salah satu perusahaan paling disegani di dunia.
Mengenai kehidupan pribadinya, Steve menceritakan pada Isaacson tentang keterlibatannya dengan LSD dan kontrabudaya 1960-an yang ia anggap menguatkan kepekaannya terhadap hal-hal yang penting: menciptakan sesuatu yang hebat lebih penting daripada sekadar menghasilkan uang, meletakkan kembali segala sesuatu dalam alur sejarah dan kesadaran manusia sebisa mungkin.
Tentang penyakit kanker yang ia derita, Steve Jobs lebih memilih pengobatan secara tradisional dengan penggunaan obatan-obatan herbal dan diet ketimbang operasi yang seperti yang ditawarkan oleh para dokter. Sangat kontradiktif dengan pandangan visionaris dan sikap teknologis dalam produk-produknya, Steve Jobs lebih memilih hal-hal yang berbau tradisional ketika menyangkut organ tubuhnya. Hal ini mungkin terkait dengan gaya hidupnya sejak lama yang menganut vegetarian dan Steve Jobs telah memeluk agama Buddha sejak remaja setelah meninggalkan gereja pada usia 13 tahun.
Steve Jobs kini memang sudah tiada tetapi hasil karyanya akan selalu dikenang dan kisah hidupnya dengan berbagai pandangan serta sikapnya layak menjadi pelajaran bagi kita semua. Buku biografi ini dan beberapa buku lain tentang Steve Jobs dan pemikirannya akan menjadi catatan sejarah yang tak terlupakan. (Didik Djunaedi)
Sumber: Associated Press