Tepat disaat kuselesaikan doa untuk malam ini
Tepat disaat bantal menelan kepalaku
Kamu hadir, persis dalam syaraf imajinasiku
Dengan sombong memamerkan segalanya
Sesungging senyum dan sekibas rambut
Membuatku takluk pada harapan yang tak wajar
.
Hei, aku tak bisa lagi rayu-rayu
Sudah tak bisa lagi
Pergilah, ini otak ku, bukan milikmu
Lagipula pertemuan kita tak tepat waktu
Jam dinding menolak memutar waktu
Hati sudah memilih
.
Aku tak lagi romantis
Masa lalu meninggalkannya luka parah
Maka kamu pergilah, jangan senyum-senyum apalagi dalam mimpi
Harapan baru tak ada urusan denganku
Karena ku punya satu hati yang sembuhkan lara dan lagu-lagu sendu ungu
.
Kamu orang baru memang aneh
Sanggup membuat mataku gatal
Hm , , cuma naluri lelaki
Semoga tak lebih, karena tragedi selalu dibayar mahal
.
(Pontianak, 2 Maret 2015) - 0:23 WIB
*Puisi pesanan seorang teman