Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Lain Lubuk Lain Ikannya

5 Maret 2011   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:03 113 0
Bermula dari hal sederhana yg terjadi saat aku mudik tahun lalu, dìsaat tengah menikmati nasi goreng disalah satu sudut kota tercintaku, Baturaja. Keinginan untuk meminum dinginnya air es membuatku segera saja berkata untuk mewujudkan itu.
"Mang, minta es kosong..."
Tak pernah kuduga sebelumnya kalau kata-kataku akan memberikan sebuah kebingungan pada bapak penjual nasi goreng itu.
"es kosong?" tanyanya dg raut wajah kebingungan.
Membaca situasi itu cepat aku mencari kata-kata lain yang mungkin akan lebih mudah dimengerti oleh bapak itu.
"Air es, air putih dicampur es..."
"oh, campang."
timpalnya singkat dan segera saja menyiapkan 'campang'nya untuk 'es kosong' yg kupinta. Hal yang pada saat itu berhasil membuatku semakin merasa asing didaerah asalku sendiri, sesuatu hal yang wajar tentunya karena selama ini aku memang dibesarkan didaerah rantauku, Bengkulu.
Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Demikian juga halnya dengan keanehan yang terasa olehku manakala mendengar panggilan "kak" untuk seorang perempuan, karena lingkungan sekitarku sejauh ini lebih mengakrabkan kata-kata "ayuk" atau "mbak" sebagai panggilan untuk saudara atau teman perempuan sebaya yang usianya sedikit lebih tua.
Tentu saja masih banyak kasus serupa lainnya yang ada disekitar kita, sebagai acuan untuk lebih dimengerti terutama saat kita tengah berada disebuah tempat yang belum terlalu kita kenali, sebuah fakta yang kadang terasa begitu menggelikan, tak jarang menjadi bahan lelucon, banyak juga yang malah menghadirkan perdebatan bahkan pertengkaran. Perbedaan itu ada, tinggal kita yang harus menyesuaikan diri dengan setiap warnanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun