Ketika benteng pertahanan mulai siap dan aliansi antara desa-desa telah diperkuat, suasana di lembah dan desa-desa yang terlibat terasa lebih tenang. Namun, ketenangan ini bersifat sementara. Raden tahu bahwa penjajah tidak akan tinggal diam dan akan segera mengerahkan upaya untuk menghancurkan benteng yang mereka bangun dengan susah payah. Kesiapan mereka akan diuji dalam waktu dekat.
Suatu malam, saat bulan bersinar terang di langit, Raden merasakan ketegangan yang meningkat. Ia memutuskan untuk melakukan patroli malam bersama Suryo dan Yuda untuk memastikan bahwa semua sistem pertahanan berfungsi dengan baik. Di tengah hutan yang gelap, mereka bergerak perlahan dan hati-hati, memastikan bahwa tidak ada aktivitas mencurigakan di sekitar area mereka.
Saat mereka melewati garis perimeter benteng, mereka mendengar suara samar dari arah timur. Suara itu terdengar seperti gerakan banyak orang. Raden dan kelompoknya berhenti sejenak dan melakukan pengamatan. Mereka melihat kilatan cahaya yang menunjukkan bahwa ada sekelompok orang yang mendekat. Raden segera kembali ke benteng dan memberi tahu kepala desa dan para pejuang tentang situasi tersebut.
Kepala desa Pak Arif dan Bu Sri segera mengumpulkan semua pejuang dan mempersiapkan mereka untuk kemungkinan serangan. Raden dan Suryo mengatur posisi pertahanan, memastikan bahwa semua pos penjagaan siap untuk menghadapi serangan. Mereka juga menginstruksikan para pejuang untuk tetap tenang dan mengikuti rencana yang telah dibuat selama simulasi.
Saat fajar mulai menyingsing, penjajah mulai melancarkan serangan. Mereka datang dengan kekuatan yang cukup besar, mencoba menyerbu benteng dari berbagai arah. Suara benturan dan teriakan memenuhi udara saat pertempuran dimulai. Para pejuang berjuang dengan semangat dan keberanian, menghadapi musuh dengan segala kemampuan mereka.
Raden memimpin pertahanan di bagian depan benteng, berkoordinasi dengan Suryo dan Yuda untuk mengatur strategi serangan balik. Mereka menggunakan jebakan yang telah dipasang di sekitar benteng untuk melemahkan pasukan penjajah dan memanfaatkan medan untuk keuntungan mereka. Raden menyadari bahwa pertahanan benteng sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk tetap terkoordinasi dan fleksibel dalam menghadapi perubahan situasi.
Di tengah kekacauan pertempuran, Bu Sri dan Pak Arif memimpin usaha untuk menahan serangan di sisi lain benteng. Mereka memastikan bahwa setiap pos penjagaan berfungsi dengan baik dan bahwa pasokan logistik terus mengalir ke area yang membutuhkan. Bu Sri menunjukkan kepemimpinan yang tangguh, memotivasi para pejuang dan memberikan arahan yang jelas.
Seiring berjalannya waktu, Raden mulai melihat bahwa serangan penjajah memiliki beberapa kelemahan. Mereka tidak sepenuhnya terkoordinasi dan tampaknya mengalami kesulitan dalam menghadapi pertahanan benteng yang telah diperkuat. Raden memutuskan untuk melancarkan serangan balik di beberapa titik yang lebih lemah, mencoba memukul mundur pasukan penjajah dan memberikan tekanan tambahan pada mereka.
Dalam pertempuran sengit ini, para pejuang menunjukkan keberanian dan dedikasi yang luar biasa. Mereka berjuang dengan tekad untuk melindungi rumah dan keluarga mereka, dan semangat mereka sangat terlihat di medan pertempuran. Raden merasa bangga melihat ketahanan dan kerjasama yang ditunjukkan oleh semua orang.
Setelah beberapa jam pertempuran, penjajah mulai mundur. Mereka menyadari bahwa mereka menghadapi pertahanan yang lebih kuat dari yang mereka perkirakan dan memutuskan untuk menarik pasukan mereka. Meskipun tidak sepenuhnya mengalahkan musuh, Raden merasa lega karena benteng dan aliansi mereka berhasil menahan serangan.
Dengan malam yang tiba, suasana di benteng menjadi lebih tenang. Para pejuang mulai membersihkan area dan merawat yang terluka. Raden mengumpulkan kepala desa dan pemimpin dari desa-desa untuk mengevaluasi hasil pertempuran. Mereka berdiskusi tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki dalam pertahanan mereka.
"Pertempuran ini menunjukkan bahwa benteng dan aliansi kita bisa menghadapi ancaman," kata Raden. "Namun, kita juga harus terus belajar dari setiap pertempuran dan memperbaiki kelemahan yang ada."
Pak Arif dan Bu Sri setuju dengan pendapat Raden. Mereka sepakat untuk melanjutkan latihan dan meningkatkan kesiapan mereka untuk kemungkinan serangan berikutnya. Mereka juga membahas rencana untuk memperkuat aliansi dengan desa-desa lain dan mencari cara untuk memperbaiki strategi pertahanan mereka.
Di tengah perayaan kemenangan kecil dan evaluasi yang dilakukan, Raden merasa bahwa perjuangan mereka baru saja dimulai. Meskipun mereka berhasil menahan serangan, mereka harus tetap waspada dan siap menghadapi ancaman yang akan datang. Keberhasilan dalam pertempuran ini memberikan harapan, tetapi juga mengingatkan mereka tentang pentingnya persiapan dan kerjasama yang berkelanjutan.
Dengan tekad yang diperbarui dan semangat yang lebih kuat, Raden dan kelompoknya melanjutkan perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa pertempuran ini adalah salah satu banyak tantangan yang harus mereka hadapi dalam perjalanan menuju kebebasan dan keamanan. Namun, mereka juga percaya bahwa dengan aliansi yang solid dan tekad yang kuat, mereka bisa menghadapi apa pun yang akan datang dan terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik.