Raden dan kelompoknya mulai merancang rencana untuk menggalang dukungan dari desa-desa lain di sekitar. Meskipun mereka telah menerima bantuan dari desa Pak Bimo, Raden tahu bahwa mereka memerlukan aliansi yang lebih luas untuk benar-benar memperkuat pertahanan mereka dan menekan penjajah. Perjalanan ini akan menuntut keterampilan diplomasi dan taktik yang cermat, serta kesabaran untuk membangun kepercayaan dengan kepala desa dan pemimpin lokal.
Raden memutuskan untuk memulai perjalanan ini dengan mengunjungi desa-desa terdekat yang memiliki reputasi baik dalam hal keberanian dan kesetiaan. Dia memilih dua desa sebagai tujuan pertama: Desa Mulyo dan Desa Sejahtera. Keduanya dikenal karena keberanian warganya dalam melawan penjajah.
Perjalanan ke Desa Mulyo memerlukan waktu beberapa hari, melewati jalur pegunungan yang curam dan hutan lebat. Raden, Suryo, dan Yuda mempersiapkan perjalanan ini dengan hati-hati. Mereka membawa persediaan tambahan, termasuk makanan dan obat-obatan, sebagai tanda niat baik dan untuk menjalin hubungan yang baik dengan penduduk desa.
Sesampainya di Desa Mulyo, mereka disambut dengan kecurigaan oleh penduduk setempat. Desa ini masih dalam kondisi rawan setelah beberapa serangan penjajah, dan mereka tidak terlalu percaya pada orang asing. Raden menyadari bahwa mereka harus menunjukkan niat baik mereka dengan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.
Raden meminta audiensi dengan kepala desa, seorang pria tua bijaksana bernama Pak Arif. Setelah beberapa negosiasi, Pak Arif akhirnya setuju untuk bertemu. Raden dan kelompoknya diterima di rumah Pak Arif, di mana mereka menjelaskan situasi mereka dan tujuan mereka untuk membangun aliansi.
Pak Arif mendengarkan dengan seksama. "Kami tahu betapa beratnya keadaan," katanya dengan suara berat. "Namun, kepercayaan adalah sesuatu yang harus dibangun, bukan hanya diberikan. Kami perlu melihat bukti dari niat baik kalian sebelum kami bisa memutuskan."
Raden mengerti sepenuhnya dan siap untuk menunjukkan niat baik mereka. Dia menawarkan bantuan dari persediaan yang mereka bawa, termasuk makanan dan obat-obatan. Selain itu, dia juga menawarkan dukungan militer dalam bentuk pelatihan dan peralatan. Pak Arif menganggap tawaran ini dengan serius dan menyarankan Raden untuk berlama-lama di desa selama beberapa hari untuk membantu mereka menghadapi masalah yang mereka hadapi.
Selama beberapa hari berikutnya, Raden dan kelompoknya bekerja sama dengan penduduk Desa Mulyo. Mereka membantu memperbaiki rumah-rumah yang rusak, memberikan pelatihan pertahanan, dan membantu mengatur sistem pengawasan desa. Selama proses ini, mereka menunjukkan komitmen mereka terhadap kesejahteraan desa dan tidak hanya berfokus pada kepentingan pribadi.
Setelah beberapa hari, hubungan antara Raden dan penduduk Desa Mulyo mulai membaik. Pak Arif, yang sebelumnya ragu, mulai melihat niat tulus Raden. Dia akhirnya menyetujui untuk membentuk aliansi dengan kelompok Raden. "Kami akan bergabung dengan perjuangan kalian," kata Pak Arif, "tetapi kami harus berbicara dengan kepala desa lain sebelum memutuskan langkah selanjutnya."
Dengan persetujuan Desa Mulyo, Raden melanjutkan perjalanan ke Desa Sejahtera. Desa ini juga memiliki reputasi sebagai tempat yang kuat dalam perlawanan terhadap penjajah. Setibanya di sana, Raden dan kelompoknya dihadapkan pada tantangan serupa. Desa Sejahtera, dipimpin oleh kepala desa bernama Bu Sri, juga memiliki rasa curiga terhadap orang luar.
Bu Sri, seorang wanita yang keras kepala namun bijaksana, mendengarkan cerita Raden dengan skeptis. "Kami sudah banyak dikhianati dan menghadapi kesulitan," katanya. "Mengapa kami harus mempercayai kalian?"
Raden memahami kekhawatiran Bu Sri dan menjelaskan lebih lanjut tentang misi mereka dan manfaat dari aliansi ini. Untuk menunjukkan niat baik, dia menawarkan bantuan yang sama seperti yang diberikan kepada Desa Mulyo---membantu memperbaiki kerusakan dan memberikan pelatihan dan dukungan.
Bu Sri menyetujui untuk memberikan mereka waktu beberapa hari untuk membuktikan niat baik mereka. Selama waktu itu, Raden dan kelompoknya bekerja keras, membantu memperbaiki sistem pertahanan desa dan mengatasi masalah-masalah yang ada. Mereka juga memanfaatkan kesempatan ini untuk berbicara dengan penduduk desa dan memahami kebutuhan dan kekhawatiran mereka.
Setelah beberapa hari, Bu Sri akhirnya menerima tawaran Raden untuk membentuk aliansi. "Kami melihat dedikasi kalian dan cara kalian bekerja bersama kami," katanya. "Kami siap untuk bergabung dengan perjuangan ini."
Dengan dua desa yang setuju untuk bergabung, Raden merasa optimis tentang langkah selanjutnya. Dia merencanakan pertemuan dengan kepala desa dari kedua desa untuk membahas strategi dan rencana aksi. Pertemuan ini diadakan di sebuah lokasi netral, di mana para pemimpin dan perwakilan dari masing-masing desa berkumpul.
Selama pertemuan, Raden mengusulkan strategi untuk melawan penjajah secara lebih terkoordinasi. Dia menjelaskan rencana untuk mengatur patroli bersama, berbagi intelijen, dan melakukan serangan terkoordinasi terhadap pos-pos penjajah. Dia juga menekankan pentingnya komunikasi dan kerjasama antara desa-desa untuk memastikan keberhasilan aliansi.
Para kepala desa mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan masukan berharga. Mereka sepakat untuk bekerja sama dan menyusun rencana yang lebih rinci untuk melawan penjajah. Kesepakatan ini menciptakan rasa persatuan dan harapan baru di antara mereka.
Setelah pertemuan tersebut, Raden kembali ke lembah dengan berita baik. Dia melaporkan kepada penduduk desa tentang kemajuan yang telah mereka buat dan rencana yang telah disepakati. Ada rasa syukur dan harapan di antara mereka, karena mereka akhirnya memiliki aliansi yang dapat memberikan dukungan yang mereka butuhkan.
Namun, Raden juga menyadari bahwa tantangan masih belum selesai. Mereka harus terus bekerja keras untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan serangan dari penjajah. Persiapan aliansi, strategi pertempuran, dan pemeliharaan hubungan antar desa akan menjadi kunci untuk keberhasilan mereka di masa depan.
Dengan semangat baru dan rasa persatuan yang diperkuat, Raden dan kelompoknya melanjutkan perjuangan mereka. Mereka tahu bahwa meskipun langkah ini merupakan kemajuan penting, perjuangan mereka melawan penjajah masih jauh dari selesai. Mereka harus tetap waspada dan siap menghadapi apa pun yang akan datang.