Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Ritual untuk Memikat Hati Laki-laki

30 Agustus 2024   18:04 Diperbarui: 30 Agustus 2024   18:09 188 22
Luka yang Tak Terlupakan

Aisyah menatap pantulan wajahnya di cermin. Air matanya berlinang, mengalir perlahan di pipinya yang pucat. Hatinya kembali dihantui rasa sakit yang begitu dalam. Ia ingat betul, bagaimana setiap kali ia membuka hatinya untuk seseorang, ia selalu berakhir terluka. Setiap hubungan yang dijalinnya berakhir dengan pengkhianatan dan air mata.

Setelah sekian kali disakiti, Aisyah merasa jenuh. Ia mulai berpikir bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dengannya. Mengapa setiap laki-laki yang ia cintai selalu berakhir menghancurkan hatinya? Dalam kebingungannya, ia teringat cerita lama tentang seorang dukun yang terkenal bisa membantu wanita seperti dirinya. Awalnya ia ragu, tapi rasa sakit yang begitu mendalam membuatnya tak berpikir panjang lagi.

Malam itu, Aisyah pergi menemui dukun tersebut. Rumah dukun itu berada di pinggir hutan, terpencil dan penuh dengan aura mistis. Aisyah mengetuk pintu kayu tua yang sudah mulai lapuk. Tak lama, pintu itu terbuka dan seorang perempuan tua muncul dari baliknya. Wajahnya dipenuhi kerutan, namun matanya tajam, seolah bisa melihat langsung ke dalam jiwa seseorang.

"Anak muda, apa yang kau cari di tempat ini?" suara dukun itu serak namun berwibawa.

Aisyah ragu sejenak, namun ia akhirnya mengungkapkan isi hatinya. "Saya ingin membuat laki-laki mencintai saya, Bu. Saya ingin mereka bertekuk lutut di hadapan saya, tak lagi menyakiti saya seperti yang selama ini terjadi."

Dukun itu tersenyum tipis, seolah sudah menduga keinginan Aisyah. Ia kemudian mengangguk pelan. "Ada sebuah ritual yang bisa kau lakukan, tapi ritual ini memiliki konsekuensi yang berat. Apakah kau siap menanggungnya?"

Aisyah yang sudah terlanjur nekat, mengangguk tanpa ragu. Ia merasa tak ada lagi yang bisa lebih menyakitkan daripada perasaan patah hati yang selama ini ia rasakan.

Dukun itu kemudian memberikan instruksi mengenai ritual tersebut. Aisyah harus melakukan serangkaian ritual pada malam purnama, menggunakan bahan-bahan tertentu yang diberikan dukun itu. Ritual itu membutuhkan konsentrasi penuh dan harus dilakukan dengan hati yang sepenuh-penuhnya.

Malam purnama berikutnya, Aisyah mengikuti semua petunjuk dengan teliti. Ia merapal mantra yang diberikan, menyalakan lilin hitam, dan membakar dupa yang mengeluarkan asap tebal. Semakin lama, Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Sebuah kekuatan yang tak terlihat, namun sangat nyata, mulai menguasai dirinya.

Setelah ritual selesai, Aisyah merasa seolah dirinya telah berubah. Bukan lagi Aisyah yang lemah dan mudah disakiti. Ia merasa penuh dengan energi, penuh dengan kekuatan. Ia yakin, bahwa mulai hari ini, tidak ada lagi laki-laki yang bisa menolak pesonanya.

Beberapa hari setelah ritual, Aisyah mulai melihat perubahan dalam hidupnya. Setiap laki-laki yang ia temui, selalu menunjukkan ketertarikan yang luar biasa padanya. Mulai dari teman-temannya, rekan kerja, hingga laki-laki yang baru dikenalnya, semua terpesona pada Aisyah. Laki-laki yang biasanya bersikap dingin padanya, kini mulai mengejarnya, berusaha mendapatkan perhatiannya.

Dengan kekuatan barunya, Aisyah mulai merancang rencana. Ia akan menggunakan ketertarikan laki-laki ini untuk keuntungannya sendiri. Setiap kali ada laki-laki yang terpikat padanya, Aisyah tak ragu untuk meminta hadiah-hadiah mahal, menguras harta mereka tanpa rasa bersalah. Baginya, ini adalah pembalasan atas semua luka yang pernah ia terima.

Namun, di balik itu semua, Aisyah juga merasa sedikit kosong. Ada bagian dari dirinya yang bertanya-tanya, apakah ini benar-benar apa yang ia inginkan? Namun ia menepis pikiran itu, memilih untuk fokus pada rencananya untuk membalas dendam.

Suatu hari, saat Aisyah sedang duduk di sebuah kafe, ia melihat seseorang yang sangat familiar. Hatinya berdegup kencang saat menyadari bahwa pria itu adalah mantan kekasihnya, Dimas, yang dulu pernah mencampakkannya begitu saja. Dimas, pria yang pernah ia cintai sepenuh hati, dan yang pertama kali membuatnya merasakan patah hati yang mendalam.

Aisyah tersenyum sinis. Ini adalah kesempatan yang ia tunggu-tunggu. Kesempatan untuk balas dendam. Ia mulai menyusun rencana di kepalanya. Ia akan mendekati Dimas, membuatnya jatuh cinta, dan kemudian menghancurkannya seperti yang pernah Dimas lakukan padanya.

"Dimas, lama tidak bertemu," sapa Aisyah dengan lembut. "Kau terlihat berbeda."

Malam itu, Aisyah dengan sengaja mendekati Dimas. Awalnya, Dimas tampak terkejut melihat Aisyah, namun dengan pesona yang ia miliki sekarang, Dimas tak butuh waktu lama untuk kembali tertarik pada Aisyah. Mereka mulai mengobrol, bertukar cerita, dan tak lama kemudian, Dimas pun kembali jatuh ke pelukan Aisyah.

Dimas yang kini sudah memiliki kekasih lain, tanpa ragu meninggalkan perempuan itu demi Aisyah. Seperti yang sudah ia rencanakan, beberapa bulan hubungannya dengan Dimas, Aisyah mulai meminta ini dan itu pada Dimas. Barang-barang mahal, perjalanan mewah, semua ia minta tanpa ragu. Dan seperti yang diduga, Dimas menuruti semua keinginannya. Bahkan, ketika uangnya mulai menipis, Dimas mulai berhutang demi memenuhi keinginan Aisyah.

"Aku sangat ingin pergi berlibur ke Paris," katanya dengan nada menyesal. "Tapi aku tahu, itu mungkin terlalu mahal."

Dimas, yang telah terperangkap dalam pesona Aisyah, tidak bisa menolak. Ia menyetujui permintaan Aisyah dan membelikan tiket pesawat serta akomodasi mewah. Namun, Aisyah tidak berhenti di situ. Ia mulai meminta lebih banyak barang mahal seperti perhiasan, mobil mewah, dan berbagai hadiah lainnya.

Ketika Dimas mulai kehabisan uang, ia mulai berhutang untuk memenuhi semua keinginan Aisyah. Dalam sebuah pertemuan, Aisyah mengancam Dimas dengan nada tegas, "Jika kau tidak bisa memenuhi semua permintaanku, aku akan pergi dan tidak akan kembali."

Dimas, yang kini sudah jatuh cinta pada Aisyah karena pengaruh ritual, merasa tertekan. Ia terus berusaha memenuhi semua permintaan Aisyah, bahkan ketika ia harus meminjam uang dari teman-temannya. Dia berdoa agar Aisyah tidak meninggalkannya, merasakan betapa dalamnya perasaannya terhadap Aisyah.

Namun, Aisyah tidak menunjukkan belas kasihan. Ketika Dimas sudah tidak memiliki apa-apa lagi dan jatuh dalam tumpukan utang, Aisyah memutuskan untuk meninggalkannya. Pada malam yang sama ketika Dimas menerima tagihan utang terakhirnya, Aisyah menyuruhnya datang ke apartemennya untuk sebuah perpisahan.

Di apartemen yang mewah, Aisyah berdiri dengan anggun di tengah ruangan. Dimas, dengan wajah lelah dan putus asa, berdiri di depannya. "Aisyah, aku mohon, jangan pergi. Aku sudah kehilangan segalanya karena kamu," katanya dengan suara penuh emosi.

Aisyah hanya tersenyum sinis, "Kau telah memberikan semua yang aku inginkan. Sekarang aku harus pergi. Terima kasih untuk semua ini."

Dimas, yang sudah tidak punya cara lain, hanya bisa menatap Aisyah dengan penuh rasa sakit. Aisyah meninggalkannya di tengah keputusasaan, merasa puas telah membalas dendam dan menguras semua harta Dimas. Namun, di balik kepuasan tersebut, Aisyah merasa kosong dan tidak bahagia.

Setelah perpisahan itu, Aisyah terus memanfaatkan kekuatan dari ritualnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan dari laki-laki lain. Namun, dia tidak pernah merasa sepenuhnya bahagia. Baginya, balas dendam telah membebaskan sebagian dari rasa sakitnya, tetapi ia merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

Kehidupan Aisyah mulai berubah saat ia tak sengaja bertemu dengan seseorang dari masa lalunya---kakak kelas yang pernah ia kagumi diam-diam. Pertemuan ini membuka babak baru dalam hidup Aisyah, yang memaksa dia untuk mempertimbangkan kembali keinginannya dan jalan hidup yang telah dia pilih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun