Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pergaulan bebas di kalangan Gen Z adalah kemajuan teknologi dan penggunaan media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, Twitter, dan lainnya memberi ruang bagi generasi muda untuk berinteraksi dengan teman sebaya, berbagi pengalaman, dan membentuk identitas mereka. Namun, dalam beberapa kasus, media sosial juga menjadi alat untuk mengekspresikan kebebasan yang berlebihan, seperti pergaulan yang mengarah pada perilaku berisiko, termasuk seks bebas, konsumsi narkoba, hingga pergaulan yang tidak sehat secara emosional. Faktor sosial dan budaya juga turut berperan. Globalisasi dan pergeseran nilai-nilai tradisional telah menciptakan ruang bagi kebebasan individu yang lebih besar. Di banyak negara, norma-norma sosial tentang hubungan antara pria dan wanita, seksualitas, dan cara berpakaian kini semakin longgar. Nilai-nilai ini sering kali bertentangan dengan norma-norma yang lebih konservatif, memunculkan dilema bagi sebagian anggota Gen Z yang terjebak antara mengikuti kebebasan atau mempertahankan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh keluarga atau budaya mereka. Dari sisi mental, pergaulan bebas dapat menyebabkan stres emosional yang besar. Gen Z, yang tumbuh dalam era serba instan, sering kali merasa kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan stabil. Tekanan untuk selalu tampil sempurna di media sosial, ditambah dengan pergaulan yang tidak sehat, dapat meningkatkan risiko kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Pergaulan bebas di kalangan Gen Z adalah fenomena yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Meskipun sebagian besar dari mereka cenderung lebih terbuka dan menerima perbedaan, penting untuk menyadari dampak negatif dari pergaulan yang tidak terkendali. Pendidikan yang baik, komunikasi yang terbuka dengan orang tua, serta lingkungan sosial yang mendukung dapat membantu generasi ini menghindari perilaku yang merugikan dan memilih jalur yang lebih sehat dan bermanfaat bagi perkembangan pribadi mereka.