Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola

UPAYA “SI NYONYA TUA” KEMBALIKAN DOMINASI SEPAKBOLA ITALIA DI EROPA

6 Juni 2015   11:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:20 27 1

Kepastian Juventus menembus partai final Liga Champions musim ini tentu saja menjadi sebuah kejutan besar. Kejutan karena sebagian besar kalangan pecinta sepakbola maupun pengamat sepakbola tidak memprediksikan si nyonya tua akan berhasil sampai ke partai puncak Liga Champions musim ini. Walupun berstatus sebagai kampiun Serie-A musim lalu namun untuk melangkah jauh dalam Liga Champions apalagi samapi ke babak puncak sepertinya cukup sulit melihat peta persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan trofi Si Kuping Besar tersebut.

 Apalagi pada fase semifinal Juventus bertemu dengan Real Madrid, raksasa dari Spanyol yang juga merupakan sang juara bertahan sekaligus pengumpul gelar terbanyak. Melihat dari materi pemain dan pengalaman di kancah eropa tentu saja Real Madrid jauh lebih unggul daripada Juventus. Namun dengan taktik dan strategi yang jitu dan tentunya tembok pertahanan yang kokoh khas Italia Juventus berhasil menghempaskan Real Madrid dengan agregat 2-1, dan sah-lah Si Nyonya Tua menapaki partai puncak menantang Barcelona.

Menilik jauh kebelakang, bagi para pengggemar sepakbola di era akhir 90-an sampai dengan awal 2000-an pasti tidak bisa menampik akan pesona keindahan Serie-A liga Italia. Jauh sebelum Barcelona mengenalkan sepakbola tiki-taka yang dibawa oleh Pep Guardiola dimana dipandang sebagai suatu keindahan dalam sepakbola, tim-tim dari negeri pizza telah lebih dahulu memainkan sepakbola indah. Sepakbola ciri khas Italia tentunya, sepakbola yang penuh dengan taktik dan strategi yang membuat permainan tim menjadi lebih rapi dan terstruktur dipadukan dengan ciri khas yang sangat melekat pada sepakbola Italia yaitu tembok pertahanan yang kokoh.

Ya, Italia dikenal sebagai pencetak bek-bek handal dengan postur yang tinggi besar sehingga disegani oleh para lawan. Selain itu para yang membedakan  defender Italia dengan para defender lain di luar Italia adalah kemampuan untuk membaca permainan dengan baik sehingga gerakan-gerakan mereka akan terlihat begitu efektif di atas lapangan. Tak heran jika pada 2000an para bek-bek tangguh dunia berasal dari Italia, nama-nama seperti Fabio Cannavaro, Alesandro Nesta, Paolo Maldini, Marco Materazzi yang menjadi defender tangguh di dunia. Bahkan Fabio Cannavaro dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia pada 2006 setelah mengantarkan timnas Italia menjadi kapiun Piala Dunia 2006 di Jerman

Tim-tim besar Italia macam Juventus, AC Milan, Inter Milan sangat disegani di Eropa pada masa itu. Puncaknya adalah pada Liga Champions musim 2002-2003 ketika AC Milan dan Juventus saling berhadapan pada partai puncak dimana AC Milan yang akhirnya keluar sebagai pemenang melalui drama adu pinalti. Selain itu pada gelaran musim 2006-2007 AC Milan kembali menjadi kampiun di Benua biru dengan mengalahkan Liverpool di partai final dan Inter Milan di bawah asuhan Jose Mourinho yang berhasil mengangkat si kuping besar pada 2009-2010 dengan mengalahkan Bayern Muenchen.  

Skandal pengaturan skor atau calciopoli adalah sisi kelam persepakbolaan Italia, skandal yang terungkap pada 2006 tersebut bahkan melibatkan tim besar sekaliber Juventus yang membuat gelar  scudetto Juventus dicabut dan membuat mereka terlempar ke jurang Serie-B. Di tengah carut-marutnya persepakbolaan Italia pada saat itu kemudian muncul secercah harapan untuk kemajuan sepakbola Italia dimana timnas Italia berhasil menjadi kampiun Piala dunia 2006 di Jerman setelah mengalahkan Prancis di partai fianal.

Selain calciopoli krisis ekonomi juga yang membuat sepakbola Italia tertinggal dengan negara-negara lain macam Inggris, Spanyol, maupun Jerman. Krisis ekonomi tersebut terjadi pada sebagian tim-tim Italia sehingga mereka melego para pemain bintangnya ke luar Italia sebagai solusi untuk menyelamatkan keuangan klub. Akibat banyak klub yang melego pemain bintangnya membuat permainan mereka tidak seatraktif dulu dan animo para tifosi yang dikenal sangat loyal kini perlahan mulai menurun dan tak jarang terlihat banyak bangku kosong di stadion.

Keberhasilan Juventus yang mampu menembus babak final Liga Champions seharusnya menjadi titik balik bagi persepakbolaan Italia, tim-tim dari Italia sudah selayaknya kini mulai diperhitungkan kembali di kancah Eropa seperti bebrapa waktu kebelakang. Tak bisa dipungkiri bahwa kini kiblat sepakbola Eropa bahkan Dunia ada di negara-negara macam Spanyol, Inggris, dan Jerman.

Akan tetapi ambisi Juventus untuk merengkuh gelar Liga Champions ketiganya mendapat hadangan yang sangat besar dari sang lawan yaitu Barcelona. Barcelona musim ini sangat mengerikan apalagi ada trio penyeranag mereka Messi-Suarez-Neymar yang musim ini telah mencetak lebih dari 100 gol di semua kompetisi. Final sendiri akan dilaksanakan pada 7 Juni 2015 di Olimpiastadium di Berlin, Jerman yang merupakan markas tim Schalke 04. Akankah Si Nyonya Tua mampu mengalahkan Barcelona dan mengembalikan dominasi sepakbola Italia di Eropa?     

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun