Ketika hujan sedang menjauh
Dan bintang memozaik di langit malam
Teras-teras akan kembali berterang cahaya
Tikar kembali direntangkan
Dan riuh memanjang ke tepian hari
"Angin biasanya lebih kencang menjelang larut," katamu tentang tempat tinggi dengan guguran daun-daun jati
**
Baru tahun lalu aku menyusuri tempat itu dalam ingatan sewaktu kemarin
Ketika embun membasahi rumput yang mengering di tanah merah
Perjalanan ke selatan selalu terasa singkat
Dengan waktu yang tidak pernah menyisa
Juga lambaian tangan yang juga ikut menjauh
**
"Aku menyukai garis-garis kecil horizontal di bukit rendah," kataku tentang sebuah siang
Ketika waktu juga berlalu begitu saja
Kemudian sore yang hangat hadir
Perjalanan juga ke selatan
Melewati bukit rendah dengan pohon yang menjulang
"Apakah garis-garis horizontal masih ada di bukit rendah?" tanyaku, akhirnya
Lalu waktu membiarkan sekejab mengitari lansekap berbukit rendah
Dengan angin yang bertiup kencang dan juga guguran daun jati
Cepat kulintasi bukit rendah
Mengagumi lansekapnya di cepat waktu
Sebelum lalu lambaian tangan juga kembali menjauh
"Mungkin nanti masih ada waktu ketika bulan semakin merah," Â katamu sebelum kalimat menjadi semakin samar
"Apakah untuk menyusuri lansekap berbukit rendah?" tanyaku kembali
Arah toh terus menjauh ke selatan
Menunggu waktu saat rumput mengering dan bulan memerah
Ketika induk burung hantu menciap menanda malam, sambil mendekap anaknya dengan sayap berwarna kelabu
"Mungkin," jawabmu, sesamar biasanya
**
Aku menanti waktu menyusuri lansekap berbukit rendah dengan pohon-pohon yang menjulang
Ketika bulan pucat menatap bukit-bukit batuan karst dan pelepah kelapa menanti pagi
Ketika angin pelan berhembus
Dan ketika awan berarak di langit malam
Sewaktu dengan induk burung hantu meninggalkan sarang
**
Aku menanti dini di lansekap berbukit rendah
Untuk pelan menyusur garis-garis kecil horizontal
Mungkin sebelum lambaian kembali menjauh
| Pontianak | 15 Mei 2024 | 16.40 |