Aku menjumpai di tempat-tempat riuh dan tergesa
Di antara deru kereta yang berlari dan penyapu jalan yang menghindari pagi
Sepi itu berlari di sambungan-sambungan rel
Tergesa merambati bantalan-bantalan rel
Apakah kau mengira sepi berada di tempat sunyi?
Tidak, sepi melenggang di tempat-tempat riuh
Seperti deru kereta api melalui simpang dengam sirene yang meraung-raung
Begitulah sepi melintasi hari
Sepi juga meliuk di antara suara-suara ujung sapu yang menggaruk keras kepala aspal
Terburu di antara laju roda-roda yang menuju entah ke mana
Terburu diselesaikan sebelum pagi tiba
"Sertakan sebait doa untukku," pinta seorang karib di selatan
Malam ini, sepi juga melalu-lalang di senyap dini
"Teruslah berbisik kepada Bunda Maria," kataku kepada sahabat di sisi barat
"Sentuhlah berulang setiap bulir rosario harapan," gumanku semakin lirih
"Alunkan syair-syair dzikir meski malam terasa lebih gelap," pintaku kepada karib di selatan
Kereta terus menderu
Suara sapu terus melawan aspal-aspal yang keras kepala
Srek!
Srek!
Sreekk!
Keringat dingin melangit beradu cepat dengan asap-asap knalpot
Mestinya aku di selatan
Mestinya aku di barat
Tetapi aku hanya di sini, menatap langit-langit dalam pendar yang semakin memucat dan terus memudar
"Aku sudah batuk," kata karib di selatan, dalam kalimat pendek yang terasa panjang
"Aku menunggu hasil tes tiga hari lagi," kata sahabat di barat, tiga hari yang pasti terasa sangat lama
Srek!
Srekk!
Sreekkk!
Ujung sapu terus menggaruk aspal-aspal yang keras kepala
Kereta berikutnya sudah tergesa menyusul kepergian sebelumnya
Srek!
Srekk!
Sreekk!
| Kalasan | 1 Agustus 2020 | 01.20 |