"Siang tadi telah kulewati lorong yang melabirin," kabarmu dari sebuah sore di sebelah selatan, dekat dengan waktu yang sudah lama kutinggalkan. Lorong itu berujung pada dua sisi, lorong yang kita lewati dulu ketika pohon kelapa di sisi kolam masih setinggi tangga bambu. Dua sisi lorong yang sama-sama pernah kita pahami sebagai sisi dengan nama yang sama tetapi dalam pengertian yang berbeda. Bukankah kita lalu tersesat di tempat yang sama? Aku menunggu di ujung satu, dan kamu menunggu di ujung lorong lainnya. Dan sedikit waktu yang menjadi bagian kita lalu hilang lebih cepat. Menguap seperti embun di ujung rumput-rumput gajah sesaat setelah matahari meninggi.
KEMBALI KE ARTIKEL