Di Indonesia sudah banyak sekali Pondok Modern yang didirikan dan tentunya menjadi tempat belajar dari anak-anak bapak ibu sekalian. Nah...kalau berbicara mengenai Pondok Modern kita tidak boleh lupa sama Pondok Modern Gontor, yaitu Pondok Pesantren yang cukup terkenal di Indonesia yang memiliki murid-murid yang tidak hanya dari kota-kota di Indonesia tetapi ada pula yang datang dari Malaysia, Singapore, Thailand dan lain sebagainya. Saya sebagai salah satu alumninya, sangat bangga bisa menjadikan Ponpes Gontor ini sebagai salah satu tempat saya menuntut ilmu, walaupun sangat jauh dari rumah saya yang berada di Tarakan Kalimantan Utara. Dan lagi palinng menguntungkan bisa sekolah di Gontor adalah saya memilki banyak teman yang hampir ada di penjuru kota di Indonesia. Berlebihan kah kalau saya bilang seperti itu? Tentu tidak, karena saya merasakan kalau berkunjung dari satu ke kota lain yang merupakan hobi saya alias traveling, saya tidak perlu mencari penginapan, karena teman-teman saya siap menampung saya. (Dikira tempat penampungan? haha) Jujur, di kampung nan damai ini - sebutan untuk Gontor- saya banyak mempelajari hidup, mengenal banyak karakter dan perilaku orang, kesungguhan belaja tanpa menyontek sekalipun, punya nilai yang bener-bener kalau dapat nilai 5 di rapot ya 5, dan tentunya ilmu dan pengalaman yang sangaat amat banyak yang bisa saya timba alias saya dapatkan. Bayangkan, pernahkah anda tinggal di suatu tempat yang mana penduduknya terdiri dari spesies wanita sebanyak 2000 orang lebih? Pengalaman unik bukan? Tidak semua orang bisa merasakannya. "Ke Gontor Apa yang KAu Cari?" KAlau anda berkunjung ke Gontor, anda pasti akan mendapati kata-kata di atas. ANda tidak boleh masuk ke dalam pondok putri kalau anda tidka punya anak atau saudara yang sekolah di sana, itupun dalam acara-acara tertentu saja pengunjung boleh masuk. Anda mau bebas masuk pondok? Jadilah alumni..hehe...! Kita kembali ke motto di atas. Kembali kepada diri sendiri, sebenarnya jauh-jauh apa sih yang kita cari? Dari awal saya tidak pernah memiliki keinginan untuk sekolah di sini. Setelah saya lulus SMP, orang tua bersikukuh kalau anaknya tidak boleh sekolah di sekolah negeri yang pendidikan agamanya amat sangat kurang. Waktu itu yang ditawarkan adalah SMA Muhammadiyah atau MAN TArakan. Dari dua pilihan itu saya tidak ada yang srek dan pas di hati. Tiba-tiba saya ingat dengan guru SMP saya yang pernah suatu ketika saya melihat beliau berbicara dengan kerabatnya dengan menggunakan bahasa Arab yang lancar seolah-olah itu adalah bahasanya sendiri, saya tertarik dan saya mencari tahu kalau beliau pernah sekolah di Pondok Gontor. Dengan kemantapan hati dan pillihan sendiri yang dipilih secara paksa karena tidak ada pilihan lain, saya memilih Ponpes Modern Gontor Putri di Mantingan Ngawi untuk tempat saya melanjutkan jenjang pendidikan. Di sinilah saya baru mendengar 'Jarum jatuh pun terdengar'. Anda tahu ini kata-kata untuk apa? Ini adalah motto Pondok Gontor ketika murid-muridnya sedang menghadapi ujian. Anda ketahuan menyontek, skorsing selama satu tahun siap menunggu. Begitulah kehidupan di pondok yang penuh dengan lik-liku.
KEMBALI KE ARTIKEL