KEBIJAKAN demi kebijakan yang digulirkan pemerintah KIB jilid II rupanya tak begitu bisa membangkitkan gairah eksotis kehidupan demokrasi di Indonesia. Negara kian terpuruk ke arah kegelapan akibat dramaturgi politik-praktis para politisi Senayan. Rakyat frustasi akibat kesulitan mendapatkan hak-hak penghidupan. Toleransi—sebagai adik kandung demokrasi—bertransformasi menjadi barang antik yang terus lenyap dalam wacana disintegrasi sosial. Sementara korupsi, masih tangguh menjadi momok menakutkan bagi segenap elemen bangsa. “…
zonder toleransi, demokrasi akan karam,” begitu ucap Soekarno.
KEMBALI KE ARTIKEL