Pesta ulang tahun Kompasiana berjudul Kompasianival, meninggalkan banyak kesan yang takkan terlupakan bagi saya dan keluarga. Pertama pulangnya salah seorang anak saya di dunia maya, yaitu Anazkia dari Malaysia. Kedua datangnya anak saya Fitri Yenti dari kampung ke Jakarta juga untuk mengikuti Kompasianival ini. Lalu bagaimana serunya menjemput kedua putri saya ini di Bandara Soekarno Hatta? Silakan mengikutinya sambil ngopi dan ngemil kacang atau gorengan... :-) Rencana pulangnya Anazkia dari Malaysia sudah dikabarkannya lebih dari dua bulan lalu. Saya menunggunya dengan berdebar-debar. Kenapa? Karena terbayang kembali kenangan serunya menjemput Ani Ramadhani sewaktu dia pulang tahun lalu, saat saya menjemputnya berdua dengan pak Thamrin Dahlan ke Bandara Soekarno Hatta. Untunglah Anazkia pulang kampungnya tidak melewati Bandara Soekarno-Hatta, Bandara yang menjadi sarang perampok para TKW, di balik topeng Terminal Khusus kedatangan para Pahlawan Devisa tersebut. Anazkia menjejak tanah airnya melalui bandara Hasanuddin, Makasar. Karena dia juga ikut meramaikan Kopdar Blogger Nusantara, yang berlangsung di Kota Angin Mamiri tersebut. Selesai Kopdar di Makasar, Anazkia melanjutkan pengembaraannya ke Jember, Jawa Timur. Menemuai para sahabat volunteer Blogger Hibah Sejuta Buku. Selesai urusan di Jember, barulah dia terbang menuju Jakarta, melalui Bandara Juanda, Surabaya. Awalnya, saya hanya akan menunggu Anazkia di rumah, setelah memberikan gambaran lewat mana dan pakai kendaraan apa yang harus dinaikinya untuk menuju rumah saya di Tomang. Tapi pada saat terakhir menjelang dia terbang menuju Jakarta dari Surabaya, saya berubah pikiran. Saya tidak ingin anak saya tersebut harus memutar otak dalam kebingungan menuju rumah saya. Apalagi seperti yang saya sarankan agar dia naik bus Damri, tak selamanya pula bus tersebut aman dari orang-orang yang memang bermaksud tidak baik. Akhirnya pagi menjelang keberangkatannya dari Surabaya, saya putuskanlah untuk menjemputnya langsung ke Bandara Soekarno-Hatta dan memberitahukannya lewat telepon. Saat online di pagi hari tanggal 16 November, saya membaca sebuah postingan Fitri Yenti, berjudul: Rahasia Mengantongi Izin Suami Ke Kompasianival 2012. Saya lalu membaca postingan tersebut dan sempat juga memberikan komentar. Setelah memberi komentar, timbul pertanyaan di hati saya, dengan siapa Fitri ke Jakarta, siapa yang ditemui di Jakarta, keluarga, dunsanak, teman atau tak ada siapa-siapa? Mengingat hal tersebut saya mengirimi dia pesan lewat inbox FB. Pertanyaan saya langsung saja kesasaran tanpa basa basi setelah didahului salam. Lebih dari setengah jam saya gelisah menunggu jawaban Fitri, sebentar –sebentar saya melihat ke inbox saya, dengan pikiran bermacam-macam, apakah dia sudah offline sehingga tidak membaca pesan saya, atau tengah berbenah sehingga tidak memperhatikan notif pesan saya. Namun akhirnya apa yang saya tunggu-tunggu itu datang juga:
Begitu melihat jawaban Fitri, kecemasan yang sedari tadi saya rasakan langsung menghilang. Perasaan saya sudah tenang, karena ada Kompasianer Valentino yang akan menjemputnya. Jadi ada yang menangani kedatangan Fitri
Saya meminta nomor penerbangan Fitri dari Padang, agar saya tahu dia memakai pesawat apa berikut jadwalnya. Sejak itu hingga saya pulang selesai shalat Jumat, kami putus kontak, tak ada chatt di facebook ataupun sms yang masuk.
KEMBALI KE ARTIKEL