Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Srondol, Fiber Optik, Sepakbola dan Aikido, Apa Hubungannya?

15 April 2011   10:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:46 718 5
[caption id="attachment_102499" align="alignnone" width="591" caption="Iskandar Jet, Edu Krisnadefa, Imanul Hakim, Hazmi Srondol dan Ir. Nazaruddin MT, tengah di wawancarai oleh pemandu acara, Maria Dominique."][/caption]

Karena menjaga amanah dari Gayus eh Srondol memegang undangan untuk teman-teman kompasianer yang sudah di tuliskan namanya. Habis shalat zuhur dan makan siang di rumah, jam setengah dua kurang, saya langsung cabut menuju TKP. Lokasi peluncuran “rudal pengocok perut” berbentuk buku bertajuk Srondol Gayus ke Italy.

Saya mengikuti saja kemana Bajaj meluncur, lho kok Bajaj? Iya motor menantu saya itu namanya Bajaj Pulsar, buatan orang kampungnya Sharuk Khan yang lagunya disini lagi ngetop, di bawakan oleh Briptu Norman, Chayya-chayya.....

Dari Tomang Tinggi kami meluncur kearah Tomang Raya, lalu sampai di depan rumah sakit Tarakan belok kanan masuk jalan Cideng Timur, setelah itu bablas menuju Tanah Abang. Setelah melewati jembatan layang di perapatan jembatan Serong – Jl. Fachrudin –Jl. Stasiun Tanah Abang, lalu nyemplung lewat underpas di depan pasar Tanah Abang dan nyembul lagi mendekati rumah susun Kebon Kacang.

Sedikit rasa heran mulai terasa di dada saya, kenapa lewat jalan sini? Tapi saya juga tak menyangkal juga karena lewat jalan  inipun bisa menuju Menteng, Cuma ya, itu. Agak jauh dikit dari pada kalau lewat Harmoni terus ke Merdeka Timur- Tugu Tani - Cikini lalu belok kanan masuk jalan HOS Cokroaminoto.

Dibawah jembatan layang Karet kami belok kiri, ponsel saya bergetar. Hmm... ada sms masuk, setelah di lihat rupanya dari OmJay minta alamat acara. Seketika juga ada panggilan masuk, setelah di jawab rupanya dari Babeh Helmi, ketika di jawab suaranya tidak begitu jelas karena jalanan sangat berisik, cuma sempat ngasih tahu posisi kami sudah sampai dekat hotel Shangrila. Lalu di matikan setelah Babeh di kasih tau, nanti akan di telepon lagi, sementara sms Omjay nggak bisa di balas, udah nggak konsen, karena takut terlambat sampai di lokasi.

Sampai di perapatan jalan Sultan Agung kami belok kiri, lewat rel kereta belok kiri lagi masuk area Masjid Taman Sunda Kelapa.

Sebenarnya dari masjid Sunda Kelapa ini, hanya beberapa ratus meter lagi menuju Pusat Kebudayaan Italia. Tapi karena ketidak tahuan saya, kami malah belok ke kanan menuju jalan Diponegoro, di lampu merah Imam Bonjol kami belok kanan masuk jalan HOS Cokroaminoto.

Sambil celengukan ke kiri dan kanan jalan kami tak melihat papan nama yang kami cari, sampai di ujung jalan Cokroaminoto. Akhirnya kami balik lagi. setelah berfikir agak tenang saya lalu berpatokan pada nomor jalan yang kami tuju. Begitulah sambil mengamati nomor rumah atau gedung sepanjang jalan, hingga melewati lagi persimpangan jalan Imam Bonjol, kami pun menemukan alamat yang di tuju, dari perapatan jalan Imam Bonjol kami melihat Izzi Pizza, di sebelah kanan jalan. Posisinya tak begitu jauh dari ujung jembatan jalan Rasuna Said, Kuningan.

Dari jalan HOS Cokroaminoto saya berjalan arah kebelakang gedung Pusat Kebudayaan Italia, karena pintu masuknya ada disamping, sementara menantu saya melanjutkan perjalanannya menuju Mangga Dua.

Mendekati pintu gerbang Pusat Kebudayaan Italia itu, saya di songsong seorang petugas keamanan. Saya mengatakan mau mengikuti acara peluncuran buku sambil memperlihatkan undangan kepadanya. Setelah juga memperlihatkan KTP, saya di persilakan masuk. Tapi saya tidak langsung masuk, dan mengatakan kepada sang petugas bahwa saya akan menunggu teman dahulu di luar, karena undangan untuk mereka saya yang pegang.

Saya lalu menuju bangku kayu yang terdapat di trotoar disamping pintu gerbang, lalu menghubungi Babeh Helmi yang tadi pembicaraannya terputus. Selesai berbicara dengan Babeh saya lalu menulis sms untuk Omjay, selagi menulis sms sebuah motor masuk dan parkir dekat trotoar, dimana sejumlah motor juga telah parkir.

Setelah sms selesai, sebelum dikirim saya lalu melihat sesok bayangan yang berjalan mendekati saya, rupanya OmJay yang sudah melepas helmnya. Sms yang baru selesaipun tak jadi dikirim, karena orang sudah ada di hadapan saya.

OmJay mengajak saya untuk mencari makanan, tapi saya menolak karena baru saja makan di rumah. OmJay lalu pergi ke warung yang terletak tidak jauh dari sana.

Saya lalu menelepon Hazmi Srondol, untuk mengetahui posisi dia. Rupanya dia sudah berada di dalam, di lantai atas dimana terdapat restoran.

Srondol turun kebawah, kami bertemu lalu langsung masuk kedalam ruangan acara yang masih kosong. Rupanya saya adalah tamu pertama yang datang, kecemasan saya takut datang terlambat langsung hilang. Tak lama berselang, teman-teman kompasianerpun berdatangan, begitu juga para wartawan dari media nasional dan undangan lainnya serta para pembicara.

Lewat beberapa menit dari jam 15.00 acarapun dimulai. Dibuka oleh Maria Dominique dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh kepala Pusat Kebudayaan Italia di Jakarta.

Sesi pertama bersama bang Yos, mantan Gubernur DKI yang juga berasal dari daerah yang sama dengan Srondol hanya berbeda desa, yang menurut istilah bang Yos, desanya adalah desa jenderal, sementara desa Srondol adalah Kopral.

Sesi kedua diisi oleh beberapa pembicara yang mengulas masing, Iskandar Zulkanaen dari yang mengulas sepak terjang Srondol di Kompasiana. Edu Krisnadefa, wartawan olah raga dan komentator sepakbola yang mengomentari kecanduan Srondol akan sepakbola dan AC Milan. Imanul Hakim, Sensei Aikido yang membekali Srondol dengan ilmu bela diri yang sempat di praktekkannya di Italia. Terakhir Ir. Nazarudin MT dari mesem Media Publishing, penerbit yang mengusung tulisan Srondol menjadi sebuah buku.

Sesi ketiga adalah tertawa bareng bersama Srondol, yang diisi oleh Inggrid Wijanarko, Wartawan dan juga penulis serta presenter. Bersama Lily Wahid, anggota DPR dari fraksi PKB, adik kandung almarhum Gus Dur, mantan presiden RI.

Penutup acara adalah menikmati pizza original Italia, dilantai dua Pusat Kebudayaan Italia ini. Pizza yang renyah, yang mungkin juga pernah dirasakan Srondol di Italia.

Ulasan lainnya silakan baca laporan OmJay, Siapakah Penulis Cerdas Humor Indonesia?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun