Duri, Minggu 12 Desember 2010
Selesai sarapan pagi, dari jalan Jawa saya berjalan menuju jalan Sudirman. Tujuan saya adalah mencari warnet. Kepada tukang parkir yang berjaga di depan rumah sakit Permata Hati saya menanyakan warnet terdekat, dia menunjuk ke arah rumah makan Simpang Raya dan mengatakan di depan seberang jalannya ada warnet.
Sayapun segera bergegas kesana, seperti yang di katakan si tukang parkir, sayapun menemukan warnet yang di katakannya.
Di warnet yang kebetulan masih sepi itu, saya menyalin semua foto yang terdapat di kartu memory kamera saya ke hardisk eksternal saya yang berkapasitas cukup besar, 500GB.
Selesai menyalin foto, sejenak saya meluncur ke Kompasiana, membalas komen postingan kemarin serta memberi komen atas postingan beberapa teman. Setelah itu saya berkonsentrasi menulis postingan baru.
Tanpa terasa hampir tiga jam saya di warnet ketika telepon genggam saya berdering. Keponakan saya menanyakan dimana saya berada. Setelah saya jawab, dia mengatakan agar saya tidak kemana-mana, karena dia akan menjemput saya. Saya pikir untuk apa saya di jemput, karena jarak warnet dengan rumah paling jauh hanya 1 kilometer. Bagi saya jarak tersebut terlalu dekat untuk di jemput, karena dengan berjalan kaki paling lama itu hanya akan memakan waktu 10 menit. Tapi saya hanya mengiyakan saja tawarannya itu.
Untung saja postingan saya sudah selesai di tayangkan ketika keponakan saya sampai di warnet menjemput saya. Saya cukup kaget ketika keluar dari warnet saya mendapati mobil L300 keponakan yang saat itu menjemput saya, telah penuh! Dan kebanyakan diantara mereka adalah ibu-ibu tetangga keponakan saya.
Sesaat saya bingung serta dalam hati bertanya, mau kemana nih?
Rupanya keheranan saya terbaca oleh Indra, suami keponakan saya. “Pai mamanciang awak mak...” katanya menyebutkan kemana rombongan akan berangkat saat itu. Tanpa bertanya lagi saya langsung naik ke mobil dan duduk paling belakang disamping Ujang, salah seorang famili Indra yang ikut dalam rombongan itu.
Benar saja, setelah keluar dari perempatan Pokok Jengkol, persimpangan yang menjadi gerbang kota Duri. Mobil melaju menuju arah perkampungan yang mulai sepi dengan rumah penduduk. Kami memasuki perkampungan penduduk asli kecamatan Mandau, kabupaten Bengkalis. Lalu melaju terus melewati perbatasan dan memasukikabupaten Rokan Hulu.
Sampai di Sontang atau tepatnya di Titian Gading, dimana mengalir sungai Rokan Kiri kami berhenti. Indra dan Ujang mengeluarkan peralatan pancingnya, sementara rombongan ibu-ibu mengeluarkan pula perlengkapan mereka: tikar dan peralatan makan beserta isinya. Sementara saya yang hanya berbekal perlengkapan kamera yang tersimpan rapi dalam tas kamera yang berbentuk tas punggung, ikut membantu membawa gulungan tikar, mengikuti Indra yang telah berjalan duluan menuju ke bawah jembatan yang melintasi sungai Rokan Kiri itu.
Sampai di kolong jembatan saya menggelar tikar di pinggir sungai yang cukup lebar. Sementara Indra langsung menuju perahu yang tertambat di pinggir sungai, menyiapkan peralatan pancingnya dan beberapa saat kemudian duduk santai di perahu, sambil mengamati dua tangkai pancingnya yang terpasang.
Kolong jembatan itu cukup teduh dan tinggi, sehingga kami dapat dengan leluasa berdiri dan berjalan di bawahnya. Saya lalu mengabadikan keadaan di sekitar sungai dan jembatan itu.
Ujang yang juga membawa peralatan pancing, mengambil lokasi memancingnya agak ke hilir jembatan, di bawah sorotan matahari yang saat itu bersinar cukup terik.
Sekitar sejam kemudian rombongan ibu-ibu mulai mengeluarkan ransum untuk makan siang, dan di bawah tiupan angin yang berhembus pelan kami menikmati makan siang di bawah kolong jembatan yang teduh, wow nikmatnya....
Setelah shalat zuhur dan tidak ada ikan yang tertangkap pancing, kami lalu kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan ke sasaran berikutnya.
Cukup jauh juga rasanya mobil membawa kami menyusuri jalanan di daerah Rokan Hulu itu, hingga akhirnya kami sampai di daerah Ulak Kasimang, tempat mengalirnya aliran sungai Rokan Kanan.
Karena belum melaksanakan shalat zuhur di Sontang tadi karena situasinya yang kurang mendukung, saya lalu mengerjakan kewajiban saya itu, serta langsung mengkasharnya dengan shalat asar.
Di sungai Rokan Kanan ini, Indra maupun Ujang tidak mengeluarkan peralatan pancingnya. Indra yang tadi juga belum sempat shalat dan makan siang di Sontang, lalu shalat dan kemudian menikmati makan siangnya. Sementara rombongan ibu-ibu yang lainnya sebagian mengobrol, serta sebagian lagi menikmati pemandangan di sekitar sungai Rokan Kanan yang terhampar indah di depan mata.
Selesai menikmati pemandangan di sekitar sungai Rokan Kanan itu, kami melanjutkan perjalanan. Kami berbalik arah melewati jalan yang kami lalui tadi, bukannya langsung pulang tapi melakukan perburuan ikan!
Ketika kami melewati sungai kecil yang menjadi hulu sungai Rokan, Indra menghentikan mobilnya. Saya kira Indra akan melanjutkan acara memancingnya di bawah cahaya matahari yang terik itu, rupanya tebakan saya keliru. Indra tidak membawa peralatan pancingnya, tapi yang dibawa adalah jala ikan!
Rupanya jala ikan itu tadi tersimpan di kursi depan di dekat Indra mengemudi, makanya saya tidak sempat melihatnya.
Indra lalu menenteng jala ikannya berjalan menuju sungai, setelah memperhatikan keadaan sesaat Indra lalu menebarkan jalanya yang mengembang sempurna diatas permukaan sungai, lalu sesaat kemudian tenggelam kedalam sungai.
Sesaat setelah jala tenggelam kedalam sungai, Indrapun kemudian menyusul menceburkan dirinya kedalam sungai itu. Untungnya sungai itu tidak cukup dalam, kepala Indra masih kelihatan menyembul di permukaan air sungai. Saya kira Indra tadinya hanya akan menarik jalanya dari pinggir sungai, rupan perkiraan saya salah.
Setelah Indra merapikan bungka, rantai timah yang di jahit di sekeliling jala. Diapun mengangkat jala ke pinggir sungai. Di pinggir sungai Ujang telah siap dengan baskom plastiknya yang cukup besar dan berisi air.
Begitu jala diangkat kepinggir sungai, kelihatanlah ikan-ikan yang bergeleparan ingin membebaskan diri daru kurungan jala itu. Ujangpun dengan segera mengemasi ikan yang terjala bersama Indra, serta dibantu oleh satu atau dua ibu-ibu peserta rombongan.
Setelah menebarkan jala beberapa kali lagi di tempat yang terpisah, kami melanjutkan perjalanan. Begitu menemukan sungai lagi, Indra pun kembali menebar jalanya, yang dibantu oleh Ujang serta ibu-ibu sewaktu mengumpulkan ikannya.
Mendekati jam lima sore, kami pulang setelah menebar jala di 4 sungai. Namun sebelumnya kami singgah dulu di tempat pengeringan ikan penduduk di Sontang. Beberapa anggota rombongan membeli ikan sejenis sepatyang telah kering itu. Iza keponakan saya, ikut membeli 2kg, perkilonya Rp.25.000,-
Dalam perjalanan pulang itu kami menikmati sunset yang terlihat begitu indah, walau bukan dipinggir laut. Tapi di daratan Riau yang berada di dataran rendah, kami dapat menikmati matahari terbenam hingga di kaki langit, indahnya...
Sampai di rumah, ikan hasil dari menjala itupun di bagi-bagi ke semua ibu-ibu anggota rombongan. Perjalanan seharian itupun berakhir sudah....