Mohon tunggu...
KOMENTAR
Foodie Artikel Utama

Berkelana di Ranah Minang (8) Makan Nasi Kapau di Pasa Lereng

8 Desember 2010   13:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54 1008 4

Naik angkot dari kampung saya di desa Ladang Darek, Kamang Ilia. Saya menuju Bukittinggi.

Sampai di Bukittinggi saya menelpon Nur Asri, keponakan saya. Setelah mengatakan saya sedang berada di depan Terminal Bus Aur Kuning, dia menyuruh saya menunggu untuk di jemput.

Tak lama menunggu, dibawah siraman gerimis yang saat itu membasahi kota Bukittinggi. Nur Asri datang dengan sepeda motornya. Kami langsung menuju Rumah Sakit Stroke Center, tempat Nelda istri Nur Astri di rawat. Berangkat dari Jakarta saya memang sudah berjanji, begitu sampai di Bukittinggi saya akan langsung menjenguknya di rumah sakit. Dengan Nelda saya memang belum pernah bertemu, tapi hubungan kami sudah akrab sebagai paman dengan keponakan melalui jejaring sosial Facebook.

Sampai di rumah sakit setelah berkenalan dan bertemu muka, kami: saya, Nur Asri, Nelda dan Yuli sepupu Nelda ngobrol akrab. Hingga tak terasa perutpun lapar minta diisi.

Keponakan saya Nur Asri yang menjadi tuan rumah, menawarkan beberapa pilihan: mau yang modern atau yang tradisional? Sebagai orang yang jarang pulang kampung saya memilih yang tradisional, Nasi Kapau!

Setelah memarkir motor di Pasar Atas, kami berjalan menuju Pasar Lereng atau sering juga di sebut Pasar Teleng. Dinamakan Pasar Lereng, karena pasar ini berada di jalan yang menurun dan menikung yang menghubungkan Pasar Atas dan Pasar Bawah. Posisi jalan yang miring menikung inilah yang menyebabkan pasar ini di namakan Pasa Lereng ( Pasar Miring)

Kami memasuki area Pasa Lereng dan menuju area khusus sentra Nasi Kapau. Saya mengikuti saja Nur Asri memilih salah satu diantara puluhan warung Nasi Kapau itu, karena dia tentu lebih berpengalaman dari saya.

Kami memasuki salah satu warung, pada papan nama yang tergantung di salah satu sisi warung itu tertulis: Nasi Kapau Uni Lis

Melihat begitu beragamnya masakan yang tersaji dalam panci-panci dan nampan yang ada di hadapan kami yang begitu mengundang selera dan membuat saya meneteskan air liur, saya bingung mau memilih yang mana. Tapi akhirnya saya memilih “tambunsu”, usus sapi yang di dalamnya diisi dengan telor dan beberapa bahan dan bumbu lainnya. Nur Asri juga akhirnya memilih menu yang sama, dan kamipun makan dengan nikmatnya.

Sedikit tentang Nasi Kapau

Kapau, sebuah nagari (setingkat kelurahan) yang terletak di pinggir kota Bukittinggi. Tapi masuk wilayah Kabupaten Agam, terkenal dengan penduduknya yang mayoritas berdagang bahan kebutuhan untuk mengisi “kampung tengah” alias pengganjal perut yang lapar.

Berbeda dengan rumah makan padang pada umumnya, yang menyajikan masakan standar. Rumah makan yang di labeli dengan Nasi Kapau ini, menyajikan masakan yang sedikit berbeda pada bumbu dan potongan.

Nasi Kapau menyajikan potongan yang lebih besar untuk setiap masakannya, begitu juga dengan gulai atau sayurannya kuahnya lebih kental. Begitu juga bumbunya yang spesifik dengan racikan tangan, sehingga tidak akan ditemukan pada rumah makan Padang pada umumnya.

Ada beberapa hal yang spesifik tentang Nasi Kapau ini, tapi karena saya bukanlah seorang ahli kuliner. Saya tidak bisa menguraikannya, bisanya cuma makan dan menikmatinya…. Hehehe

Sehabis makan kami kembali ke rumah sakit, sambil menenteng sebungkus nasi kapau untuk Yuli, sepupu Nelda yang saat itu menemani Nelda di rumah sakit. Namun ketika makan, Nelda nampaknya ikut ngiler, hingga akhirnya ikut menikmati Nasi Kapau itu bersama Yuli. Sudah bosan dengan makanan yang disajikan rumah sakit katanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun