Akhirnya ku hiraukan rasa gelisah itu dan beranjak ke kamar mandi. 40 menit kemudian aku turun ke ruang makan untuk sarapan. Disana sudah ada ibuku, ayahku, dan kakakku.
"Selamat pagi", kusapa mereka dengan ceria walaupun rasa gelisah itu tetap terasa dihatiku. Kucium pipi ayah dan ibuku lalu aku duduk dikursiku.
"Selamat pagi, sayang" jawab ibuku. Ayahku hanya tersenyum hangat. Kakakku hanya mencibirku karena sikapku yang masih seperti anak kecil.
Aku melihat wajah ibuku yang entah kenapa terlihat lebih bersinar pagi ini. Dan rasa gelisah yang kurasakan itu semakin terasa. Entah kenapa aku ingin sekali berada disamping ibu hari ini. Dan lagi-lagi ku buang jauh-jauh rasa gelisah itu.
"Kenapa memperhatikan ibu se intens itu?" tanya ibuku yang mungkin dia merasa jika sejak tadi aku melihatnya.
"Tak apa bu, entah kenapa hari ini aku merasa ibu jauh lebih cantik" kataku dengan sungguh-sungguh. Ya, aku tidak berbohong jika aku berkata bahwa ibu terlihat lebih cantik.
"Hahaha, sudah-sudah cepat makan sarapanmu dan pergilah kesekolah, jangan sampai kamu telat." kata ibuku dengan sedikit galak, mungkin untuk menutupi rasa malunya?.
"Baiklah, ibuku yang cantik" kumakan segrra sarapanku dan dengan cepat aku menyelesaikannya. Aku mengambil tas yang kuletakan didekat kursi makan dan memakainya.
Sampai diluar, seperti biasa ibuku akan mengantar aku, ayahku dan kakakku sampai ke pintu depan. Setelah berpamitan dengan ibu, aku masuk kemobil dan melambaikan tanganku kearah ibu. Aku masih tetap terdiam didalam mobil sampai tidak mengetahui jika sudah sampai disekolah.
Kucium tangan ayah dan mencium pipinya dan dibalas ciun kening oleh ayahku. Lalu aku beralih ke kakakku dan melakukan hal yang sama, bedanya dia membalas mencium pipiku. Setelah menunggu mobil ayah berlalu, aku mulai masuk ke sekolahan dan berjalan menuju kelasku.
Kusapa teman sebangku ku yang bernama Sofi. Dan dia membalas sapaanku dengan tersenyum dan melambai kepadaku. Hari ini aku tidak banyak berbicara, sampai sampai Sofi mengkhawatirkanku.
" Kenapa kamu begitu pendiam hari ini?" tanyanya dengan nada suara yang sedikit khawatir.
"Aku tidak apa-apa Sofi, hanya saja pagi ini aku merasa gelisah" kuceritakan semua kegelisahannya padanya hingga wajah ibuku yang terlihat lebih bersinar hari ini.
"Tak apa, tak usah dipikirkan. Mungkin itu karena kamu banyak pikiran akhir akhir ini" kulakukan apa yang dikatakan oleh Sofi.
Siang ini saat pelajaran bahasa Indonesia akan dimulai, kakakku datang kekelasku dan langsung menyuruhku untuk berkemas. Aku langsung melaksanakan tanpa bertanya apapun setelah melihat raut wajah kakakku yang berkaca. Kulangkahkan kakiku mengikuti kakakku yang masih menggenggam tanganku.
Dimobil kami hanya berdiam dan tidak bersuara. Aku juga tak ingin mencairkan suasana karena aku tau ada hal yang tidak baik sekarang. Setelah tiba dirumah, banyak sekali orang yang berdatangan dan memakai pakaian hitam. Aku langsung turun dari mobil saat berhenti dan langsung berlari menuju rumah.
Didalam rumah aku melihat ayah dan tanteku yang menangis sambil menatap seseorang yang tertidur diselimuti oleh kain jarik. Ayah langsung memelukku begitu aku tiba di sampingnya.
"Ayah, siapa ini? Kenapa ayah menangis?" suara tangisan ayah malah terdengar lebih keras. Aku langsung membuka kain yang menutupi seseorang dan langsung jatuh terduduk begitu tahu siapa yang terbujur kaku dihadapanku.
"Ayah kenapa ibu disini, ayah" aku langsung menangis begitu tahu jika ibulah yang sosok yang terbaring disana. Kakakku langsung memelukku erat dan berusaha menenangkanku walau diapun juga menangis.
Kulepaskan pelukan kakakku dan langsung memeluk ibu dan terus memanggil nama ibuku. Berharap ibuku akan terbangun dan balas memelukku. Tapi itu hanya harapanku saja, nyatanya ibu tetap menutup mata dengan damai disana.
Setelah agak tenang, aku melihat lagi wajah ibu untuk terakhir kalinya. Wajah ibu masih terlihat bersinar seperti tadi pagi. Dia memejamkan mata dengan tersenyum seakan-akan dia sudah tahu kalau hari ini dia akan pergi.
Kucium pipi dan kening ibu untuk terakhir kalinya. Dan menutup kembali wajah ibu dengan kain. Aku langsung memeluk kakakku dan ayahku.