Suara cucuku, sania yang menemaniku di siang terik ini membuatku menatapnya pilu. Lidahku terasa kelu, hanya mampu membalas kata-katanya dengan senyum terpaksa. Dalam hati, sudah sejak beberapa menit lalu aku pun mengatakan hal yang sama, aku bagaikan pengemis saja.
KEMBALI KE ARTIKEL