Hari ini adalah pertama kali pabrikku mengadakan kegiatan sosial (CSR) dalam rangka memperingati ulang tahunnya. Kesempatan pertama kami pilih untuk memberikan bingkisan kepada anak-anak berprestasi di dua SD Negeri sekitar lokasi pabrik. Bingkisan kecil yang menjadi penyejuk dan pengikat tali silaturahmi dan komunikasi pabrik dengan lingkungan terlebih warga sekitarnya.
Kebetulan hari ini di salah satu SD yang kami pilih yaitu SDN Negeri 1 Kalutuk di satu sudut kawasan Cikande, Serang-Banten, sedang melaksanakan kegiatan Istifalan atau pelepasan murid-muridnya untuk naik kelas. Hal yang cukup menarik perhatian karena saat SD dulu saya tidak pernah mengalaminya. Naik kelas cukup bagi raport dan selesai sudah..
Istifalan di atas berisi aneka acara mulai dari persembahan tari-tarian yang dibawakan oleh para murid dari kelas 1 sampai 5 karena untuk kelas 6 sudah lulus. Yang menarik adalah satu acara dimana semua anak diminta naik ke panggung per kelas mulai dari kelas terkecil yang akan memasuki mata pelajaran kelas berikutnya. Dan yang cukup menarik perhatian saya adalah saat setiap anak dari kelas yang dipanggil harus maju satu persatu, mendapatkan giliran untuk berbicara di depan mikrofon yang nampak kebesaran dibandingkan tangan-tangan mungil mereka. Mereka harus mau.. dan wajib hukumnya. Isi “pidato”nya adalah pelajaran yang mereka dapat selama setahun yang lalu.
Namanya saja bocah.. ada saja kelakuan polos sesuai umurnya yang tertangkap pandanganku. Mulai dari yang nangis karena lupa mau bicara apa, kemudian turun panggung dengan air mata meleleh meski akhirnya naik lagi, atau si kecil anak kelas 1 yang maju dengan percaya diri dan dengan lantang menyebut namanya lantas berkata.. “saya mau mengeja ge u gu er u ru.. GURU!! Terima kasih”. Hehehe..
Tapi kebanyakan lancar dan saya bilang luar biasa karena dengan usia sebelia mereka sudah berani berbicara di depan khalayak ramai meski sebatas di depan rekan-rekan dan orang tua murid yang hadir. Tapi ini sungguh mengagumkan karena tak dinyana dari satu sekolah kecil di kawasan pabrik ada kebiasaan turun-temurun yang bagiku merupakan satu pembelajaran Public Speaking yang dahsyat.
Bagaimana tidak? Di saat usia kepala tiga aku masih sering grogi untuk memberikan briefing, sambutan, atau berdoa di depan umum, tapi mereka bisa melakukannya dengan lebih mumpuni. Bahkan di beberapa sesi ada yang lancar mengaji, berdoa sekaligus mengartikannya, dan kemampuan persuasif yang waow.. (saya sepertinya harus koprol dan salto).
Semoga.. dan semoga saja.. lahir pemimpin-pemimpin yang cakap dari mereka, yang bisa berbicara di depan umum dengan santun dan bijak. Pemimpin yang seperti disampaikan Jokowi di acara ultah Jakarta hari ini “banyak janji tapi ditepati”. Ya.. mereka yang ucapannya bisa dipegang, tidak hanya pintar membual dan memberikan harapan palsu. Seorang pemimpin yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin lain serta bersama pemimpin lainnya mau melayani orang-orang dipimpinnya.
Rasa haru, kagum, dan bangga untuk jajaran pendidik SD itu yang melestarikan budaya Istifalan. Semoga ini menjadi pelajaran Public Speaking dasar yang kelak akan berbuah manis untuk semua anak didiknya. Mantab dan sekali lagi.. LUAR BIASA..