Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Saya Butuh Pak Hoegeng!! Bagaimana dengan Kita??

4 Januari 2012   18:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 259 0

Tulisan ini saya buat di tengah waktu kerja saya karena sungguuuh.. Kepala ini serasa meledak karena pengen banget nulis ini semenjak perjalanan dari Depok ke Serang tempat saya mengais rupiah. Duuuh.. setelah briefing singkat menjelang berakhirnya shift dua ku, aku mulai ngendon di ruang admin untuk menari dengan tuts keyboard milik Pabrik yang berdebu (ah gag penting!). Apa pasal? Sepanjang perjalanan ke Serang saya tentu saja melintasi banyak jalan protokol dan perempatan, bahkan kadang lewat jalan kampung tentunya naek ojek menuju mess pabrik. Nah.. saat di jalan saya hanya memainkan gadget seraya mantengin tulisan demi tulisan Kompasianer dan tebak… sedang marak dimuat sosok-sosok pribadi bermutu seperti JK, Pak DIs, Jokowi, bahkan ada Gamawan dan Abraham Samad.. Walau sempat menulis tentang Pak DIs, tapi kali ini bisa “ngabar” juga.. istilah Indonesia-nya menjadi tidak menarik lagi sosok-sosok tersebut. Maaf.. saya bukan bermaksud menyinggung sebagian Kompasianer yang menulis tentang beliau ya.. wong saya juga ngefans kok…

Sepanjang perjalaman.. di dalam angkot, di tengah dinginnya kabin bis antar kota, dan di atas jok ojek.. Pikiran saya menerawang jauh dan BLAM!! Sampai suatu titik dimana rasanya masih ada yang kurang nich.. Di dalam angkot saya lihat pengamen yang setengah merampok kami penumpangnya (alhasil satu bogem mentah mendarat dari bapak tua di depan saya). Di jalanan saya melihat keruwetan lalu lintas karena banyaknya motor dan mobil saling rebut jalur bahkan kadang jalur busway pun diembat. Ealah.. Pak Ogah alias Polisi Gopek pun merajalela hingga malah ‘heri’ alias heboh sendiri dalam menyebabkan kemacetan di sepanjang jalan. Tapi kenapa semrawut ya? Bukankah sudah ada aparat untuk menertibkannya?

Di tengah rinai gerimis di luar bis, saya hanya melihat beberapa kali patung polisi yang tegak berdiri, diam, dan seolah tak berdaya. Patung-patung Pak Polisi yang saya bisa tebak bernama ‘WIBAWA’ sesuai yang tertulis di bajunya itu seolah membiarkan semua keruwetan terjadi karena keterbatasannya. Dan saat di bonceng bang ojek, banyaknya polisi tidur seolah menambah lambat perjalananku menuju mess tercinta. Tapi.. benda-benda tersebut adalah dua dari tiga polisi yang jujur di Indonesia seperti yang diceritakan Ayahku. Siapa satu lagi? Ya… Pak Hoegeng… ah.. karena baru gabung di Kompasiana, saya yakin sudah ada tulisan yang mengulas dahsyatnya sepak terjang Beliau.

Yang jelas saya tidak akan mengupas seorang Hoegeng yang kesohor. Malu hati rasanya dengan mereka yang sudah mengupas cerita tentang Pak Polisi yang satu ini. Prnah suatu ketika saya ngobrol dengan kakek renta di mess Pabrik eh.. ternyata kawannya Pak Hoegeng. Yang jelas, saya pengen rasanya ‘salim’ alias bersalaman dengan beliau dan mendapat pelajaran tentang kesederhanaan, kerendahan hati, loyalitas, kejujuran, dan cara bersyukur. Sungguh.. Jika ada beliau sekarang mungkin kepastian hukum akan lebih bisa terjamin. Minimal.. yang korupsi akan dikotakin dan KPK akan semakin kuat. Oknum polisi yang sewenang-wenang akan dibelikan SANDAL JEPIT ups.. diberikan sanksi tegas. Premanisme dan judi diberantas karena kata bang Rhoma itu DILARANG!! Ya tho?? Dah ach.. saya akhirnya mengkorupsi waktu pulang saya untuk berlama-lama di admin. Ntar Pak Hoegeng marah.. hehehe..Selamat pagi sahabat.. Saya mau ngimpi ketemu beliau ah.. Salim.. salim…

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun