Mohon tunggu...
KOMENTAR
Seni

Afeksi Politisasi Pejabat dan Pelajar dalam Seni Teater

27 September 2024   16:48 Diperbarui: 27 September 2024   16:52 139 0
Membicarakan dunia pendidikan dan kebudayaan di kalangan pelajar adalah hal yang sangat penting dan krusial. Banyak hal selintas problematika pada persoalan standarisasi kurikulum serta acuan akademik ilmu budaya dalam pendidikan dan kebudayaan adalah keniscayaan yang harus diperhatikan bersama. Pentingnya kualitas para pelajar kita dalam menyerap materi pendidikan dasar dan pengenalan kulturisasi berbudaya agar diprioritaskan setidaknya merujuk pada otonomi daerah pada edukasi jangka panjang dan pemajuan kebudayaan pada budaya lokal haruslah diperhatikan secara serius.

Satu sisi tentang mentalitas para pelajar yang membutuhkan apresiasi  dan jam terbang tambahan dalam mengembangkan potensi di luar akademik seperti seni teater yang akan mampu mengasah skill dan mengembangkan dirinya menjadi pribadi yang bertalenta, tentulah membutuhkan peran dan campur tangan pihak lain bukan saja melalui sanggar-sanggar, bimbel maupun agensi privat namun lebih pada penyertaan kontribusi keterlibatan pemerintah sesuai dengan UU No. 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.

Masifnya budaya asing memengaruhi para pelajar kita melalui gadget digitalisasi modern adalah pukulan telak bagi kita semua terutama para guru, akademisi dan pemerintah yang seolah tidak mampu berperan apa-apa atas fenomena ini. Meningkatnya pergaulan bebas, LGBT, judi online serta konvergensi media sosial dalam hegemoni para pelajar kita begitu mengkhawatirkan. Untuk itu diperlukan penanganan khusus dan kepedulian kita dalam menangani pendidikan dan kebudayaan di kalangan pelajar melalui metode dan tata kelola pembinaan yang cenderung pada praktek langsung agar tepat sasaran serta lebih diterima oleh para pelajar dalam memahami sistem didik dan tradisi budaya lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.

Secara luas penerapan bimbingan pada para pelajar di bidang seni pertunjukan khususnya seni teater dapat diterima dan dapat mengurangi kejenuhan pada rutinitas KBM yang terkadang membosankan bagi para siswa bilamana mapel yang di tutorial kan terlalu rumit dan pelik. Kompleksnya persoalan dalam sehari-hari cenderung memengaruhi mentalitas kesiswaan yang tak dipungkiri pula pada jenjang ditingkat SMU merupakan titik awal dalam menjalani laku diri menjadi manusia dewasa yang sebelumnya mereka berada pada laku diri sebagai remaja ataupun anak anak.

Pola pikir yang berkembang pada pelajar SMU adalah bagaimana ia dapat menyelesaikan pendidikan baku tersebut secepat mungkin dan menetapkan arah serta langkah ke depan sesuai dengan hasrat dan keinginannya pada bidang-bidang tertentu yang kelak akan ditekuni lebih serius dan mendalam.

Disinilah peran seni teater yang mengajarkan bagaimana menjadi laku diri di atas panggung dan kehidupan sehari-hari adalah jawaban bagi para pelajar untuk lebih mengenal jati diri dan dirinya sendiri sebagai bekal pengetahuan non akademik yang akan menunjang pendidikan akademisnya dalam melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya yang lebih tinggi.

Tentu saja bagi para pelajar yang harus terhenti dikarenakan sesuatu hal sehingga tidak dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnya, seni teater adalah sarana yang tepat dan akurat sebagai jawaban untuk dapat melangkah pada dunia kerja dan industrialisasi sehingga manfaat dalam mempelajari seni teater benar-benar tepat guna mengajarkan para siswa lebih memahami bagaimana bersikap ketika memasuki wilayah dunia pekerjaan dan industri.

Penerapan metode pelatihan dan bimbingan pada jenis penyelenggaraan pentas teater yang melibatkan pejabat dan pelajar adalah semata demi menunjang pembekalan disiplin seni pertunjukan dalam bidang seni teater memasuki laboratorium karya. Dimana proses pertanggung jawaban seni dalam menggelar pertunjukan teater benar-benar tertuang sesuai laiknya standarisasi menggelar pertunjukan teater yang melibatkan banyak kompetensi, komponen dan keterkaitan disiplin seni bidang lainnya. Para pelajar menempatkan posisinya sebagai pelajar dan para pejabat menjadi teladan pembuktian akreditasi dalam turut terlibat, membina dan mengetahui lebih dalam lagi tentang acuan di dalam menggelar seni pertunjukan khususnya bidang seni teater.

Bilamana terkesan politisasi dalam berkesenian itu adalah isyu yang tak dapat dipertanggung jawabkan alias statement yang tak mendasar. Bagaimana mungkin terlibat dalam suatu produksi untuk meruang dan berproses kesenian memasuki laboratorium karya melebur (bukan berbaur) dengan para seniman yang terlibat dapat dikatakan seolah-olah sedang berpolitik mengemas kepentingan tertentu, sementara azas berkesenian adalah melebur dengan seni itu sendiri adalah tegas bahwa politik adalah berbaur dan tidak akan pernah bisa untuk melebur karena disiplin ilmu politik memiliki azas dan kaidah sendiri yang berlawanan dan bertolak belakang dengan azas berkesenian.

Prudensi kolaboratif dalam mengemas pertunjukan pejabat dan pelajar lebih cenderung pada penciptaan harmonisasi antara orang tua dan anak dimana sosok pejabat haruslah dekat dengan anaknya sendiri yang akan memberikan sense of taste estetika dramaturgi tersendiri ketika mereka (pejabat dan pelajar) berada pada satu panggung untuk menguji dan mengadu kemampuan beraktingnya. Pada tahap ini tentu saja sisi edukasi kepada masyarakat akan terbangun melalui sajian pertunjukannya tak ubahnya dengan cara-cara penyebaran agama islam melalui pertunjukan wayang kala Wali Songo menyebarkannya di negeri kita.

Terlepas dari kepentingan para pelajar yang bersuka ria mendapatkan kesempatan bermain teater bersama dengan para pejabat setempat sehingga menimbulkan semangat berkesenian yang tinggi di kalangan pelajar untuk lebih mengetahui dan mendalami prodi teater, para pelajar akan diapresiasi dan dibekali kompetensi sertifikat dari dinas pendidikan dan kebudayaan yang akan menunjang kurikulum MERDEKA BELAJAR dan Jalur Prestasi (Japres) bagi para siswa-siswi yang terlibat.

Kembali lagi pada acuan akademik dalam menggelar seni pertunjukan bidang teater melibatkan pejabat dan pelajar seperti yang telah diuraikan di atas, ada poin penting yang harus diperjelas secara khusus dimana konsep ini lebih menekankan pada laboratorium karya dimana para pelajar akan memahami konsep-konsep dasar berteater dan lebih mendorong untuk mencintai budaya lokal di tengah maraknya budaya asing. Sedangkan para pejabat yang terlibat baik yang melebur pada ruang panggung maupun yang berbaur sebagai penonton, dengan sendirinya akan menjadi paham dan mengerti bagaimana mengemas sebuah proses berkesenian yang menuntut pertanggung jawaban seni serta mampu berkontribusi bagi masyarakat luas dalam menyampaikan pesan-pesan moral tentang tatanan peradaban berkemanusiaan serta kesejahteraan yang merdeka berdikari demi kebaikan, perbaikan dan kemaslahatan negeri ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun