Penataan artistik instalasi panggung yang ditangani Hariansyah mengemas sketsa konstruksi bingkai kanvas yang dibentangkan memadukan berbagai ornamen seni lukis lainnya membuat sang aktor dengan leluasa mampu melukis sekaligus memerankan dua tokoh sebagai Hadi Suryo dan Boski. Begitu luwes dan apik menyampaikan kemasan seni monolog secara lugas tanpa adanya sampaian bahasa-bahasa simbolik sebagaimana ciri khasnya yang kerap disajikan di dalam setiap pementasannya.
Sebuah kisah Maling Sandal dalam versi dramaturgi karya Arief Akbar Bsa dipentaskan dengan format monolog menceritakan sosok Boski si pencuri lukisan sandal milik Savitri yang diperintah oleh Hadi Suryo agar dapat menjadi kaya raya bergelimang harta dan tahta bilamana ia dapat memiliki lukisan maha karya tersebut. Boski memang memiliki keterbatasan fisik, namun sesungguhnya ia adalah sosok yang pintar dan cerdas.
Terbukti dari keberhasilannya mencuri lukisan Savitri yang berhasil membuat tuannya Hadi Suryo menjadi orang terkaya di muka bumi memberi gambaran bukanlah figur cacat fisik sebagaimana lazimnya. Ia adalah bagian yang tersirat  dan tersurat dalam cakrawala rahasia sepuluh jari Tuhan. Namun karena Boski sedikit membangkang yang tak lagi patuh pada tuannya, maka Hadi Suryo pun mengurungnya tak lagi dapat bebas pergi kemana-mana sampai akhirnya secara diam-diam Boski merusak beberapa koleksi lukisan Hadi Suryo dan membuatnya murka.
Menutup gelaran Senja Berpuisi yang digelar pada 12 November 2022 pukul 14.00 sd 17.45 WIB di area Taman Ismail Marzuki tersebut menampilkan pula beberapa sastrawan papan atas seperti Imam Maarif, Boyke Ilhamdi, Pulo Lasman Simanjutak serta penyair negeri rembulan Hardho Sayoko, Spb.