Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

ASEAN di Antara Cina dan Amerika

6 Juni 2012   06:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21 1192 1

Oleh : Ahmad Sofyan

Nilai strategis Asia Tenggara telah tercatat baik dalam sejarah, tidak hanya kekayaan alam, wilayah ini menjadi jalur lalu lintas ekonomi maritim dunia. Selat Malaka merupakan salah satu jalur maritim tersibuk dunia yang dilalui lebih dari 50.000 kapal setiap tahunnya mengangkut sekitar seperempat komoditaspenting dunia seperti minyak, produk-produk Cina, dan kopi Indonesia.

Selat Malaka termasuk diantara jalur penting minyak dunia, seperti Selat Hormuz, Selat Gibraltar, Selat Bosporus, Teluk Aden, Terusan Panama, dan Terusan Suez. Jalur-jalur yang menjadi perhatian internasional dari sisi keamanan maupun kepentingan ekonominya.

China vs Amerika

Asia Tenggara kini menjadi tempat adu kepentingan dua negara besar, yaitu China dan Amerika Serikat (AS). Kedua negara itu sangat berkepentingan terhadap ASEAN, terutama Selat Malaka. Di mata China, Selat Malaka merupakan jalur pengiriman maritim utama dari Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika, dimana saat ini China menarik sekitar 30% minyak mentah dari Afrika.

China dan Amerika telah lama terlibat adu diplomasi minyak, keduanya telah memulai perang dingin gaya baru di Kaukasia dan Afrika. China National Petroleum Corp (CNPC) berhasil membangun jalur pipa minyak dari Kazakhstan ke barat laut China, proyek yang telah menggeser signifikansi geopolitik jalur pipa Baku-Tbilisi-Ceyhan (BTC) dukungan Washington.

Kedekatan kooperasi energi China-Kazakhstan-Rusia sangat merugikan Washington, proyek Caspian Pipeline Consortium (CPC) yang dibentuk konsorsium Chevron Tengizchevoil di Kazakhstan terhenti sejak medio dekade 1990-an. Keberhasilan CNPC membeli PetroKazakhstan senilai $4.18 milyar, kemenangan kembali Sultan Nazarbayev dalam pemilu 2006, semakin memperkuat geopolitik minyak China. Nazarbayev pun dikenal dekat dengan Vladimir Putin.

Perang Dingin baru Washington-Beijing terjadipula di Afrika, terutama wilayah tengah antara Sudan dan Chad.Perusahaan Minyak Nasional China-Beijing (CNPC), adalah investor asing terbesar di Sudan, dengan sekitar US$5 miliar dalam pembangunan ladang-ladang minyak. Sejak tahun 1999 Cina telah menginvestasikan setidaknya $15 miliar di Sudan. CNPC sendiri kini memiliki 50% keuntungan dari kilang minyak dekat Khartoum bekerjasama dengan pemerintah Sudan. Sayang, proyek migas China di Sudan Selatan kini terhenti setelah wilayah itu dilanda kerusuhan etnis yang kemudian melahirkan negara baru Sudan Selatan pada Juli 2011 lalu.

Cina pun melakukan kesepakatan dengan Nigeria dan Afrika Selatan. Perusahaan nasional minyak Cina (CNOC) akan mengangkat minyak di Nigeria, melalui konsorsium yang juga beranggotakan South Africa Petroleum Co., membukakan Cina akses ke sumber eskploitasi 175.000 barel per hari pada tahun 2008.

Menggiring ASEAN

AS sendiri jelas ingin menanamkan pengaruhnya di kawasan Asia Tenggara. Kekalahannya dalam perebutan sumber-sumber SDA di Kaukasia dan Afrika, membuat AS tidak akan melepaskan Asia Tenggara ke tangan China.

Kini ASEAN tengah dimanfaatkan untuk melemahkan pengaruh China. Jika dulu AS hanya memiliki Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia dan Brunei dalam menjaga ‘stabilitas kawasan‘, kini Vietnam dan Kamboja berlawanan dengan China sejak klaim negeri Panda di Laut Cina Selatan (LCS). Bahkan sejak 2008, Washington tidak terlalu menekan rezim Myanmar, bahwa Washington akhirnya dapat menambah Myanmar sebagai 'teman' strategis.

AS cenderung menyikapi pengaruh China di ASEAN dengan melakukan militerisasi kawasan. Kehadiran ribuan marinir di Darwin, rencana penempatan militer kembali di Filipina, dan latihan militer bersama di LCS. Bahkan, Filipina telah menerima hibah beberapa kapal perang dari AS.

Tidak hanya AS, Inggris pun menghadiri pertemuannegara-negara anggota Five Power Defense Arrangement (FPDA) ke-13di Singapura, bersama Australia, Malaysia, Singapura, dan Selandia Baru.

Lemahnya Chinadan tergiringnya ASEAN lebih lanjut akan membuatwilayah ini benar-benar tak berdaya mensikapi rencana AS selanjutnyan. Menurunnya kapasitas ASEAN ke tingkat organisasi stempel kebijakan-kebijakan AS, membuka ruang Australia dan Jepang untuk mendominasi wilayah secara politik dan militer.

Menantang Kemandirian

Sebagai negara terluas dan terbesar, Indonesia memiliki peran penting dalam stabilitas kawasan. Dalam situasi kekinian, Indonesia tetap harus menerapkan politik bebas aktif dan menghindari berfihak pada salah satu kepentingan.

Politik bebas aktif mensyaratkan kemandirian dan kewibawaan Nasional di bidang ekonomi, politik, dan hankam. Selama negara ini tergantung atau dipengaruhi asing, politik non blok akan sulit diterapkan. Jangan sampai Indonesia menjadi perkakas kepentingan asing, bahkan menjadi lokasi pertempuran negara-negara lain yang akan merugikan kita.

Secara geopolitik, Indonesia terkepung oleh 1). Negara-negara traktat UKUSA (AS, Australia, Selandia Baru, dan Kanada) yang memainkan peran melalui Australia. 2). Aliansi Inggris Raya dalam format FPDA. Pada titik inilah kewibawaan dan kemandirian NKRI dibutuhkan dan diuji.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun