Mohon tunggu...
KOMENTAR
Vox Pop

Referendum di Papua: Belajarlah dari Sudan!

17 Agustus 2011   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42 846 0

Tuntutan referendum Papua kembali berhembus dalam Konferensi Papua yang diadakan di Universitas Oxford Inggris, Selasa (2/8/2011) di London oleh international Lawyers for West Papua (ILWP). Papua seperti tidak pernah lepas dari gejolak walaupun sudah menerima otonomi dan dipimpin banyak putera-putera daerah.

Isu referendum seolah mengungkit luka lama ketika Republik ini kehilangan pulau Sipadan-Ligitan dan Timor-Timur. Para konspirator semakin percaya diri setelah berhasil menggangsir wilayah NKRI, referendum di Papua kembali digaungkan.

Kekayaan Alam Papua

Kekayaan alam yang dimiliki bumi Cenderawasih telah menarik perhatian dunia. Duta Besar (Dubes) Vatikan untuk Indonesia, Mgr Leopoldo Girreli menyatakan kagum akan kekayaan sumber daya alam Papua dan berharap kekayaan alam tersebut bisa dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat (antaranews.com, 9/10/2010).

Menurut buku Grasberg karya George A. Maley, seorang eksekutif Freeport-McMoran, menyatakan bahwa gunung emas di Papua memiliki cadangan emas terbesar di dunia. Jika menurut data tahun 1995, di areal Grasberg tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar pon dan emas sebesar 52,1 juta ons, dan masih akan menguntungkan hingga 45 tahun lagi, yang berarti sampai dengan tahun 2040. Freeport-McMoran Copper & Gold Inc sendiri yang menambang emas di Papua di tambang Erstberg (sejak 1967) dan Grasberg (sejak 1988), berhasil memperoleh minimal 300 ton emas tiap tahunnya. Ironisnya, dari jumlah itu, Indonesia hanya kebagian 9.36 % saja.

Bahkan BATAN akan memastikan cadangan uranium di Papua tahun ini. Perkiraan bahwa Papua menyimpan cadangan uranium dalam jumlah besar didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan batuan Australia yang telah diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di dunia, tegas Deputi Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Batan Dr Djarot S Wisnubroto (antaranews.com, 31/8/2011).

Sudan Yang Terbelah

Kasus separatisme di Papua sangat serupa dengan yang terjadi di Sudan Selatan, wilayah kaya minyak seluas 619.745 km persegi yang resmi merdeka sejak 9 Juli 2011 lalu. Kemiripan inilah yang membuat penulis curiga adanya agenda Neo Konservatif (NeoKon) di Papua.

Perusahaan minyak Amerika Serikat (AS) telah mengetahui kekayaan minyak Sudan sejak awal 1970. Pada tahun 1979, Jafaar Nimeiry, Presiden Sudan, pecah dengan Soviet dan mengundang Chevron untuk mengeksplorasi minyak di Sudan.Dubes AS untuk PBB George H.W. Bush secara pribadi memperlihatkan pada Nimeiry hasil foto satelit yang menunjukkan minyak di Sudan. Nimeiry mengambil umpan.[i]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun