Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Ausopen 2011 Kejutan di Bagian Puteri

18 Januari 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:26 63 1
[caption id="" align="alignleft" width="410" caption="Kim Clijster - Photo by: Getty Images/AFP/William West (www.australianopen.com)"][/caption]

Mantan petenis nomor satu dunia, Dinara Safina akhirnya harus bertekuk lutut di tangan petenis nomer tiga asal Belgia, Kim Clijsters, pada babak pertama turnamen tennis grand slam Australia terbuka 2011.

Safina yang kini terlempar jauh dari 50 besar, harus tunduk dalam waktu kurang dari satu jam dengan skor telak dan memalukan, 0-6 dan 0-6.Agaknya Safina sudah mulai kehilangan kemampuannya akibat cedera berkepanjangan yang menimpanya. Clijster yang memang sedang on fire terlalu kuat untuk seorang Safina yang pernah bertengger di posisi puncak dunia tennis puteri tersebut.

Dalam pertandingan yang berlangsung selama 44 menit itu, Safina banyak melakukan unforced error.Tercatat 14 unforced error, atau kesalahan yang tak perlu dilakukan oleh Safina. Sedangkan Clijster hanya melakukannya sebanyak 4 kali.

Persentase kemenangan Safina dalam setiap service pun jauh lebih rendah. Safina hampir selalu melakukan kesalahan pada serve pertama. Meskipun rata-rata kecepatan service Safina berkisar 166 km/jam, namun kemenangan yang ditorehkannya sangat sedikit. Hanya 8 kali keberhasilan Safina memenangi duel setiap game yang diperebutkan. Itu pun tidak membuatnya mencetak satu poin.

Kekalahan ini membuat Safina makin dipertanyakan kualitasnya yang pernah menyandang predikat nomorsatu dunia. Padahal Safina pernah menjadi runner up di turnamen ini pada tahun 2009.

Adapun bagi Kim Clijster, kemenangan ini menjadi sebuah modal yang cukup bagus untuk kiprahnya di Australia terbuka tahun ini. Clijsters yang diunggulkan di posisi tiga ini mengomentari kekalahan Safina pada press conference setelah pertandingan tersebut.

“Saya berharap, setiap lawan yang saya hadapi bermain dalam permainan terbaik mereka. Dia (Safina)jelas tidak melakukannya. Namun saya tetap bersikap untuk menyelesaikan pertandingan sebaik mungkin. Dia (Safina) tidak lagi memiliki power yang sama seperti sebelumnya. Dia memiliki pukulan backhand sejajar garis dengan satu tangan, itu pukulan terbaiknya yang tak bisa diprediksi. Namun kali ini dia tidak menggunakan pukulan itu. Pergerakan bola semua berada di dalam kendali saya.”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun