"Ibu, aku mau lihat mobil terbang!" serunya saat pulang dari sekolah.
Ibunya hanya tertawa, "Syifa, mobil terbang itu hanya ada di film. Tidak ada di dunia nyata."
Namun, Syifa tidak peduli. Ia menganggap bahwa semua yang ada di film pasti bisa terjadi. "Aku akan minta bantuan Pak Guru nanti!" pikirnya.
Keesokan harinya, di sekolah, Syifa memutuskan untuk berbicara dengan Pak Guru. Saat pelajaran sedang berlangsung, Ia mengangkat tangan. "Pak Guru! Pak Guru! Aku mau bertanya!"
Pak Guru yang bernama Budi, mengangguk dan tersenyum. "Apa yang ingin kamu tanyakan, Syifa?"
"Bisakah kita membuat mobil terbang?" tanya Syifa dengan mata berbinar.
Pak Budi terkejut. "Hmm, mobil terbang? Itu ide yang menarik! Kenapa kamu ingin melihat mobil terbang, Syifa?"
"Karena aku ingin terbang ke langit!" jawab Syifa penuh semangat.
Budi memikirkan cara untuk memenuhi keinginan siswanya. "Baiklah, bagaimana kalau kita coba membuat mobil terbang dari barang-barang bekas?"
Siswa-siswa sangat antusias sehingga kelas pun dipenuhi kegembiraan. Selama seminggu ke depan, Pak Budi meminta murid-muridnya untuk membawa barang-barang bekas dari rumah masing-masing. Botol plastik, kardus, dan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk menciptakan "mobil terbang."
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Semua siswa datang dengan barang bawaan yang beraneka ragam. Syifa datang dengan sebuah botol soda besar, beberapa sayap kertas, dan balon warna-warni.
"Lihat, Pak Guru! Ini semua untuk mobil terbangku!" serunya.
Budi tersenyum, "Bagus, Syifa! Sekarang, mari kita mulai proyek kita!"
Dengan semangat, murid-murid mulai bekerja sama. Suara tawa dan canda memenuhi kelas. Mereka memotong, menempel, dan menyusun barang-barang bekas. Pak Budi berjalan di antara mereka, memberikan bimbingan dan bantuan.
"Kalau kita tambahkan balon ini, mungkin bisa membantu mobilnya terbang!" usul Dika, teman Syifa.
"Bagaimana kalau kita cat mobilnya dengan warna pelangi?" saran Lani, yang selalu suka dengan warna-warna cerah.
Syifa sangat antusias. "Ya, ya! Kita bisa melukis awan di sampingnya!"
Setelah berjam-jam bekerja keras, akhirnya mobil terbang ala mereka selesai. Mobil itu terbuat dari kardus besar, dilengkapi dengan sayap dari kertas dan balon yang mengembang di atasnya.
Pak Budi memutuskan untuk menguji mobil terbang itu di lapangan. "Ayo, kita bawa mobil ini ke luar dan lihat apakah bisa terbang!"
Murid-murid bersorak gembira. Mereka berlari ke lapangan dengan penuh semangat. Syifa memimpin, menggandeng tangan Pak Budi.
"Pak Guru, apakah mobil kita benar-benar bisa terbang?" tanya Syifa penuh harap.
"Hmm, mari kita coba. Kita mungkin perlu sedikit bantuan dari angin," jawab Pak Budi dengan nada optimis.
Setelah sampai di lapangan, mereka meletakkan mobil kardus di tanah. Pak Budi menarik napas dalam-dalam. "Oke, siapa yang mau melepaskan balon ini?"
Syifa melompat-lompat kegirangan. "Aku! Aku!"