Mohon tunggu...
KOMENTAR
Love Pilihan

Diamond Anniversary Opa Tjipta-Oma Lina: Semurni Ikatan Genetika

29 September 2024   13:52 Diperbarui: 29 September 2024   15:52 192 23
Siapa yang bisa menebak batas usianya sendiri? Andakah orangnya?
Tentu saja kita masing-masing tak pernah tahu hingga batas mana kita diizinkan hidup di dunia ini. Sehari lagi, setahun? Sejuta tahun lagikah?

Bila saja pujangga sekelas Chairil kAnwar mendamba hidup 1000 tahun lagi, sementara itu, seorang Sapardi mengikis habis kepastian berputarnya waktu. 

Yang fana adalah waktu. Begitulah Eyang Sapardi Djoko Damono seakan ingin menegaskan bahwa apa yang merupa batasan bagi dimensi ruang manusia pada akhirnya memiliki batasannya tersendiri. Dan bahwa waktu pun akan punah. Dalam batasannya sendiri.

Beranjak pada titian waktu, menginjak anak tangga ke-60 dalam sebuah relasi pernikahan merupakan suatu proses yang emejink. Opa Tjipta dan Oma Lina, you are so gorgeous.

Dalam usia pernikahan tersebut, pada umumnya kita sering menjumpai riak ombak hingga gulungan tsunami masalah rumah tangga. Tak jarang terasa betapa riuhnya upaya dua pribadi berbeda karakter berupaya menenangkan badai-badai yang terlewati bersama. Ya, bersama.

Pernikahan bukan hanya sekadar rame-rame kumpul dengan keluarga, selebrasi dan setelahnya silakan menikmati hidup. Andai saja sehabis menikah lantas tidak menghadapi masalah yang berat. Pastilah angka perceraian semakin turun. Pasti pula pernikahan bukanlah menjadi momok bagi generasi Z.

Merawat pernikahan selama 60 tahun bukan perkara gampang. Seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang membutuhkan ketulusan sekaligus kecerdasan emosi dalam memutuskan segala sesuatu. Kepintaran dengan deretan gelar-gelar tak akan pernah cukup menjamin sebuah pernikahan langgeng.

Di sisi lain, ada satu fakta yang rupa-rupanya manjadi salah satu variabel atau komponen dalam membangun pernikahan. Ya, CINTA.

Seseorang tidak akan mampu jatuh cinta bila ia masih menggunakan rasionalnya.

Geser dikit dulu, Sodara.....

Secara biologis, baik pada laki-laki maupun perempuan memiliki mekanisme tersendiri dalam hal jatuh cinta. Namun, pada dasarnya cinta selalu terkait dengan area emosi. Sepakat, ya?

Itulah mengapa terkadang membutuhkan latihan panjang dalam menggunakan emosi secara cerdas dalam sebuah relasi.

Ok, now...perasaan memiliki spektrum yang begitu luas. Tidak mungkin sesederhana hanya membenci doank atau menyayangi seseorang saja. Bisa jadi Anda membenci tapi sekaligus juga menyayangi seseorang. Atau bisa juga kita merasa sayang dan benci dalam waktu yang bersamaan. 

Bukankah kita juga pernah merasa sedih tapi juga merasa senang, atau bisa juga merasa sedih dan senang dalam satu waktu yang sama? Iya, bagi para jomblowers, mungkin kita senang bila diajak merayakan anniversary Opa Tjipta dan Oma Lina. Tapi sekaligus sedih karena belum bisa merasakan pengalaman seperti beliau berdua. Iya, 'kan? (duh, contohnya kok ya tajam) ups!

Ketika seseorang mencintai orang lain, ada gagasan dalam diri seseorang; yang menjadi pemahaman bahwa bila mencintai dan dicintai, maka kita:  "berhak mendapatkan" dan "memiliki otoritas untuk mengendalikan" seseorang yang sedang berelasi dengan kita.

Karna pemahaman ini pula, seseorang bisa mencintai orang lain sekaligus berbuat kekerasan, main pukul, ujar kasar, atau tindakan manipulasi lain terhadap orang yang disayanginya.

Jani begidi...

Bila bicara soal kesetiaan, Opa Tjipta dan Oma Lina tak usah dipertanyakan lagi. Mereka berdua merupakan inspirator komplit, Guru yang memberikan lebih banyak contoh baik untuk ditiru.

Kalau soal kesetiaan, variabel ini menjadi salah satu komponen dasar; rangka yang kuat bagi sebuah rumah tangga dan relasi yang berkualitas.

Yuk geser sedikit lagi dong. 'Coz kita bakalan nebeng dikit di ruang ini buat ngomongin bagaimana kesetiaan seseorang pada sebuah pernikahan sebenarnya secara biologis ditentukan oleh panjang pendeknya gen vasopressin.

Gen vasopressin ini terdapat pada kromosom 20. Letaknya ada pada otak  bagian hipotalamus. Di dalam otak inilah hormon vasopressin disintesis.

Arginin vasopresin (AVP) merupakan hormon yang berfungsi mengontraksikan otot polos selama melahirkan dan menyusui. Selain itu, hormon AVP ini terlibat pula dalam kognisi, toleransi, adaptasi, dan perilaku seksual.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun