Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

ketika asaku terbelenggu biaya

9 Mei 2012   03:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:31 138 0
gadis kecil berbaju kumal itu bernama Desi. wajahnya ceria meski badannya kurus kering dan tampak tak terawat. ia mendatangiku, mengulurkan tangan kanannya meminta sedekah. aku menariknya mendekat "sini dek" kataku. lagi-lagi gadis itu tersenyum. kutanya namanya dan ia menjawab dengan semangat,DESI.

ketika kutanya rumahnya, dia menggeleng. lalu kutanya, dimana orangtuanya, dia menjawab sedih, "emmak lagi sakit mbak, bapak nggak tau kemana"

kuelus rambut gimbalnya yang kotor, miris sekali rasanya. bocah kecil yang seharusnya bermain-main dirumah bersama teman-temannya. "desi nggak sekolah"

sekali lagi dia menjawab penuh semangat, sekolah mbak, tapi dua minggu ini udah nggak masuk, SPP desi belum dibayar. Desi malu sama temen-temen, suka dikatain miskin.

aku terhenyak, merinding rasanya mendengar tutur Desi. tapi aku tersenyum menguatkannya. "Desi kalo udah besar mau jadi apa?"

gadis ini berpikir sebentar, kemudian matanya berbinar penuh harap, "pengennya besok mau jadi guru mbak, biar bisa bikin sekolah sendiri, terus biayanya gratis. tapi kalo Desi putus sekolah, masih bisa jadi guru nggak mbak? Desi takut nggak bisa bayar SPP terus dikeluarin dari sekolah. "

hampir saja aku menangis. polos sekali perkataannya.

Desi berlalu tak berapa lama dengan senyum mengembang dibibirnya ketika menerima uangku. kupandangi langkahnya hingga menghilang.

ahh, sebuah asa yang terbentur biaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun