Menurut mereka tidak ada sifat Allah yang ada hanya dzat-Nya saja mereka juga sama dengan kaum Qadariyah tidak menerima takdir dan menurut mereka pelaku dosa yang sangat besar akan kekal didalam neraka walaupun sudah bertaubat padahal Allah swt akan mengampuni dosa kita walaupun itu sangat besar asalkan kita mau untuk taubat dan bersungguh- sungguh memohon ampun kepada-Nya karena Allah Maha pemaaf dan Maha segalanya.
Aliran ini muncul di kota bashrah (Iraq) pada abad ke- 2 hijiriyah tahun 105-110 hijriyah yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pelopor dari aliran mu'tazilah adalah seorang penduduk Bashrah itu sendiri, penduduk itu adalah mantan murid dari Al-hasan Al-bashri yang bernama washil bin atha' al-makhzumi al-ghozzal.
Awal kemunculan aliran ini ketika Imam Hasan Al-Bashri ditanyai tentang pelaku dosa besar oleh salah satu muridnya di sebuah majelis "Apakah ia mukmin atau kafir" dan beliau menjawab " pelaku dosa besar (dibawah dosa syirik) adalah fasiq dan tidak kafir, mukmin namun kurang akan kadar keimanannya, bukan kafir".
Dan pada saat itu Washil bin atha' menyelah dan berkata "Adapun aku, maka aku katakan tidak muslim dan tidak kafir, dia berada pada satu kedudukan, diantara dua kedudukan". Pada saat itu juga Washil membuat madzhab: "suatu kedudukan diantara dua kedudukan (yaitu bukan mukmin dan bukan kafir)" kemudian Washil melakukan I'tizal (memisahkan diri) dari majelis Imam Hasan Al-Bbashri dan pengikutnya ikut bergabung bersamanya .
Kedua perselisihan pendapat tersebut menjadi awal kemunculan paham mu'tazilah. karena terjadi banyak perselisihan dari kedua pendapat tersebut kelompok mu'tazilah semakin berkembang dengan beragam sektenya. Mu'tazilah adalah golongan pertama yang melwan musuh-musuh islam seperti yahudi, Kristen, majesy, dan lain-lain.
Washil bin atha' adalah orang yang sangat cerdas sangking cerdasnya para ulama' lain ingin menjebak dan mempermalukan washil didepan semua orang. Dalam suatu acara mereka menyuruh Washil untuk memberikan pidato atau khutbah di acara tersebut karena pada saat itu pengisi acara yang seharusnya mengisi pidato atau khutbah itu berhalangan untuk hadir.
Washil dikenal cadel oleh orang-orang pada zaman itu (orang yang tidak bisa berkata r atau ro') atau lebih dikenal dengan pelat. Pada waktu itu orang-orang itu merasa saat itu adalah salah satu moment yang pas untuk mempermalukan washil didepan semua orang, tetapi tak disangka pidato atau khutbah nya berhasil dan dalam isinya tidak ada kata ro' sama sekali washil menggantinya dengan kata lain atau persamaannya dan sekarang pidatonya dikenang sepanjang masa bahkan sampai saat ini juga karena isinya tidak ada huruf ro' nya sama sekali. Washil bin atha' pernah mengislamkan orang-orang majesy dalam satu kali debat 6000 orang masuk islam padahal waktu itu umur agama islam belum mencapai satu abad melainkan masih setengah abad itu adalah suatu kebanggaan.
Mu'tazilah berpengaruh terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia. Salah satu tokoh intelektual Muslim kontemporer yang pemikirannya teologi Mu'tazilah, yakni Harun Nasution. Ia berpendapat bahwa kebangkitan pemikiran Mu'tazilah sangat penting bagi modenisasi Islam. Ia berpendapat bahwa rasionalisasi teologi Islam merupakan komponen esensial dalam program modernisasi yang lebih luas dalam masyarakat Islam.