Aparat untung dapat mengantisipasi kondisi ini, sehingga tidak terjadi korban jiwa diantara kedua pihak. Kita tidak boleh menyalahkan atas pembakaran yang terjadi, tetapi yang penting adalah bagaimana kejadian ini agar tidak terulang. Semua harus saling intropeksi diri. Menurut Din Syamsudin di Jakarta, 13 Januari 2016. "Gafatar membawa paham yang menyimpang dari agama-agama yang ada, khususnya Islam. Seperti tidak wajib salat, tidak wajib puasa, dan sebagainya. Tentu ini tidak bisa dibenarkan," (
http://news.liputan6.com). Begitu pula dengan hasil wawancara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga sempat menanyakan soal ibadah yang dilakukan. Mayoritas mengaku beragama Islam namun tidak menjalankan salat, bahkan Udji juga mengatakan tidak ada yang salat di sana (detik.com). Tingkah laku yang menyimpang inilah yang membuat masyarakat menjustifikasi ajaran Gafatar ini sesat, atau tidak sesuai dengan Agama Islam, yang merupakan salah satu mayoritas agama di Indonesia.
KEMBALI KE ARTIKEL