Malam itu di bawah gemerlap lampu Malioboro, Pak Yarmuji, seorang pria sederhana, duduk di atas becaknya. Dengan kaos yang penuh keringat membalut tubuhnya, ia terlihat tenang, seperti menyimpan cerita panjang yang jarang terdengar. Bukan sekadar tukang becak, pria asli Yogyakarta ini telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir mengayuh rejeki di jalanan kota budaya ini.
KEMBALI KE ARTIKEL