Kalau menurut saya itu bisa saja sudah menguasai atau bisa saja cuma lagi hoki, dari segi psikologi orang kadang merasa kalau sudah bisa untung sampai 25% atau lebih dan tanpa adanya lavarge (pinjaman) bisanya mereka sudah merasa hebat, entah disadari atau tidak.
Trus faktanya apa memang sudah bisa atau belum ? yah kita bisa mengevaluasinya dengan melihat hasil bulan -bulan selanjutnya. Mahirnya mengevaluasi apa yang akan dan telah terjadi dalam kegiatan trading kita, itu juga salah satu indikasi memahami saham.
Pertanyaan selanjutnya apa yang harus di evaluasi ? Itu memang tergantung skill yang tiap orang punya. Kalau orang ekonomi yang sudah paham neraca, dia akan membedakanya menjadi 3 tahap.
Yang pertama dia akan menyeleksi dan mencari aset-aset (saham) yang kemungkinan bergeraknya lebih besar dari aset lainya. Itu dilakukan karena kita punya waktu yang terbatas dan tidak mungkin kita bisa menganalisa lebih mendalam semua saham yang ada. Selain it dibeberapa kasus ada beberapa dari saham tersebut yang pergerakanya stagnan dan tidak aktive di perdagangan atau istilahnya tidur.
Yang kedua setelah dia memilih dan menentukan, dia akan menentukan waktu yang pas untuk membeli atau melepas aset (saham), itu dilakukan untuk meningkatkan Laba (return), tentu dia akan menaruhnya di di aset-aset (saham) yang pergerakanya cepat.
Yang ketiga dia akan menganalisa secara optimal untuk menentukan berapa besarnya uang yang harus ditaruh di setiap aset (saham) yang akan dibeli, proses ini sangat penting tetapi sering dilupakan.
Kalau orang itu sudah bisa dikatakan paham saham dia akan menganalisa secara objektif di ketiga proses tersebut, terlepas dari strategi atau cara apa yang dia pakai entah SA, FA atau TA.
Saya sendiri berpendapat tidak selalu orang ekonomi yang mahir bermain saham, terkadang malah ada orang otodidak yang lebih jago.
Contohnya seperti ini, Pada saat market bullish (menguat) sebagian besar dapat Gain (keuntungan), begitu juga sebaliknya (namanya market gain atau loss). Namun tidak semuanya seperti tiu, jika gainya lebih dari market gain itu disebut trading gain. Dapat gain 25% seperti teman saya tadi memang hebat, tapi keadaan saat itu market sedang bullish (menguat) atau bearish (melemah) ? itu juga berpengaruh, strategi memang penting namun lebih esensial kalau memiliki superior information (private lagi). Jadi Kriteria trading disesuaikan dengan strategi, selanjutnya dinilai melalui sharpe ratio. Dan akhirnya yang jago di market saham adalah orang yang bijak walaupun tidak pinter-pinter amat dan bukan juga orang ekonomi... hehe..
Bagi yang belajar secara otodidak tentang saham, biasanya strategi yang dipakai simple-simple saja.
Dari pengalaman teman saya yang belajar otodidak dan bisa untung sampai 25% tadi, Di awalnya mereka biasanya membuat portofolio yg terdiri dari 4 saham (campuran dari 2 saham unggulan dan 2 saham layar kedua). Cara milih sahamnya sih memang menggunkan nalar sehat saja tidak teknis seperti orang ekonomi, mereka akan condong memilih sektor energi, komoditas dan export-related industries, yang dalam pertimbangan mereka punya prospek bagus in the long term (jangka Panjang). Kemudian mereka akan run optimasi (mean-variance) untuk mencari alokasi dana yang optimal untuk masing-masing saham tersebut. Setelah itu mereka akan mencoba invest dengan guidance dari hasil optimisasi tersebut, andai pasar sedang bullish atau menguat mereka akan overweight saham yang more-risky dan sebaliknya kalau pasar sudah stagnan atau bearish mereka akan mengubah strategi ke netral atau overweight ke less-risky saham atau mungkin saja sekalian diamankan ke cash.... So far, saya melihat teman saya tadi cukup berhasil di saham.
Jadi tidak harus orang ekonomi yang bisa saham. Orang otodidak juga bisa lebih jago dari orang ekonomi asal mau belajar. Semoga Bermanfaat dan Selamat Mencoba.
Dhita Arinanda PM.
2 Maret 2014