Seperti sudah kita ketahui bersama, Rusia telah kehilangan sebagian dari pasar mereka menyusul kebijakan ekonomi yang telah diberikan oleh Amerika dan Uni Eropa bulan kemarin, Untuk mengantisipasi hal itu Rusia sudah bersiap-siap dengan strategi mencari partner dagang baru di Asia. Dan memang dalam kenyataanya sanksi ekonomi tersebut diprediksi akan membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi Rusia sendiri, tetapi jika melihat pergerakan Rusia sepertinya sudah menghitung untung-rugi-nya dari pemutusan hubungan ekonomi dengan eropa tersebut, dan ini mungkin akan menjadi ajang uji nyata terhadap kemesraan Rusia dengan China dalam menghadapi embargo ekonomi dari negara-negara barat tersebut.
Sebagai titik awal penancapan pengaruh ekonominya di Asia, Rusia telah terlihat semakin mesra dengan China setelah sanksi itu diberikan, bukan tidak mungkin Rusia akan mempengaruhi India juga di pergerakan selanjutnya dan bahkan Jepang, mengingat Rusia datang juga tidak dengan tangan kosong, Rusia datang memberikan penawaran dengan modal sebagai negara kaya sumber daya alam. Dengan fakta bahwa Rusia setiap harinya mampu mengirimkan 7 juta barrel Minyak ke seluruh penjuru dunia dan berkontribusi 65% terhadap neraca perdagangan ekspor mereka. (statistik : Energy Information Administration Russian), semenjak pemerintahan Presiden Putin pun sebenarnya Rusia terlihat ngotot sekali untuk menambah kuota ekspor minyak mereka, terbukti dengan adanya perjanjian antara Gazporm dan China National Petroleum yang memang belum menemukan kata sepakat dikarenakan permasalahan harga, tetapi mengingat perselisishan Rusia dengan blok barat bisa saja Putin menururnkan harga Minyak-nya untuk perjanjian tersebut. Selanjutnya Gazporm akan memasok China 300 ribu barrel minyak perhari sesuai dengan perjanjianya, melalui saluran pipa di siberia timur samudra pasifik, yang dananya memang telah dijanjikan oleh China Development Bank jika memang kesepakatan harga sudah terbentuk dengan kontrak 25 tahun.
Setelah menanamkan pengaruh energi-nya di China, bisa saja Rusia mulai melirik tetangganya Jepang dan Korsel yang notabene dua negara tersebut juga pengimpor energi terbesar dunia. Dua negara tersebut memang konsumen setia dari Amerika, tetapi jika penawaran lebih bagus why not, Rusia memang rugi jika harus mengobral harga energi-nya, tetapi jika volume ekspor lebih banyak itu tidak akan jadi masalah, mengingat juga masih banyak SDA Rusia yang belum terjamah karena faktor financial, dari ekspansi tersebut juga bisa membuka peluang bagi Rusia untuk lebih mengeksploitasi SDA dalam negri-nya yang belum terjamah dengan bantuan China, Jepang, dan Korsel, nilai plusnya sebagai rival yang bersitegang tentu saja jika ini terjadi akan menjadi tamparan keras bagi Amerika Serikat. Mungkin negara lain yang dilirik Rusia adalah anggota BIRCS lainya yaitu India, sepertinya hal tersebut 80% juga akan terjadi, mengingat respek India dalam menyikapi masalah Rusia di Crimea, dimana India tidak mengutuk refrendum Crimea tersebut seperti negara-negara lain. Dalam konteks itu India hanya memberikan saran untuk menggunakan jalan diplomasi bukan dengan kekerasan, dan dijawab secara langsung oleh Presiden Putin dengan mengucapkan rasa terima kasih-nya terhadap pengertian India, bukankan ini juga sinyal hijau bagi Rusia.
Sedangkan babak baru akan dihadapi negara-negara Uni Eropa, dimana dalam keadaan tersebut mereka tentu saja akan kehilangan market-nya yaitu Rusia, Angela Markel kanselir Jerman sepertinya lebih bijak menghadapi keadaan ini dengan perhitunganya, dia sebenarnya terlihat ragu terhadap sanksi tersebut dan karena keraguan tersebutlah dia mendorong untuk diadakanya pembahasan lanjutan yang akan dilakukan oleh Uni Eropa, kamis 17 april 2014 di Jenewa, untuk membahas kelanjutan sanksi ekonomi terhadap Rusia tersebut.
Berikut head to head Rusia - Uni Eropa jika memang terus berlaku kebijakan embargo ekonomi tersebut :
1. Eropa masih mengalami krisis ekonomi, dan sedang dalam tahap penyembuhan, jika embargo ekonomi tersebut berlaku, tentu saja ini akan berdampak sangat panjang bagi Uni Eropa mengingat Rusia adalah market terbesarnya setelah Amerika dan China, nilai perdaganagn mereka mencapai 338 Milliar euro tahun kemarin, dan jika ditambah dengan sektor jasa nilai totalnya adalah 525 milliar US Dollar, sepuluh kali lipat lebih dari nilai perdagangan Amerika dan Rusia, jadi jika Uni Eropa terus mengikuti Amerika untuk menghentikan perdagangan dengan Rusia, sudah tentu Uni Eropa akan sangat dirugikan sekali daripada kerugian Amerika sendiri.
2. Sebagai pelanggan tetap minyak dan gas Rusia dalam jumlah besar, sudah tentu Uni Eropa ini akan kelimpungan jika pasokan energi tersebut dihentikan, sedangkan ekspor Uni Eropa yang didominasi teknologi, mesin, kendaraan, obat2an, dll, juga akan terpukul dengan hilangnya pasar terbesar mereka. Jadi perusahaan retailer, minuman, otomotif dan perbankan akan syok sekali jika perang ekonomi ini benar-benar terjadi.
3. Uni Eropa adalah investor terbanyak di Rusia, dengan nilai 76% dari total seluruh dana asing yang ada di Rusia. Jika dengan sanksi ini dana tersebut akan dirtarik sudah tentu Rusia akan goncang ekonominya, tetapi banyak sekali pendapat yang melihat itu hanya akan terjadi dalam jangka pendek, mengingat aset strategis Rusia juga sangat besar sekali dlam hal ini. Sedangkan Investor Rusia pun banyak sekali tersebar eropa Barat, mereka investor real estate dalam jumlah besar di negara yang pajaknya rendah seperti siprus, dll. sedangkan Di Inggris real estate high class diatas harga 1 juta pounds juga didominasi oleh investor Rusia. (VBiznews, 7 Maret 2014)
Sedangkan Head To Head Amerika dengan Rusia sendiri :
1. Bank Rossiya (Rusia) mulai memblok visa dan mastercard, dan mulai menggunakan mata uang rubbel diawal untuk settlement semacam kartu kredit saja, dan bisa jadi jika memang tidak ditemukan kesepakatan di jenewa tersebut, blok tersebut akan diperluas di Bank-Bank yang lain.
"Bank Rossiya which was blocked last week by Visa and MasterCard says it will limit its operations to the domestic market and stick to the ruble". The bank wants to protect its clients against any possible "unfair action" by foreign financial institutions'. (Euro Post, 29 March 2014)
Sementara investasi Amerika di rusia angatlah kecil jumlahnya, Tetapi Amerika menghukum Rusia dengan 'menendang' Rusia dari G8, sehingga ada pembekuan aset dan larangan visa bagi pejabat Rusia. Hal ini memang akan memperlambat investasi di Rusia, yang tentunya akan memperlambat juga pertumbuhan ekonomi Rusia.
2. Rusia mengumumkan tidak akan mengimpor A genetically modified organism (GMO), PM Medvedev di Harian Gazeta Express, padahal 63% tersebut dari Amerika, Amerika pun mengalihkan penjualan tersebut ke China, sayang China sepertinya sudah masuk gerbong Rusia dan menolak itu. "US corn exports to China drop 85 percent after ban on GMO strains – industry report". (Question More, April 12, 2014)
Rusia mulai berpikir untuk menancapkan pengaruhnya di beberapa negara dengan rencana ekspansi Ground-based stations for Russia's Global Navigation Satellite System (GLONASS) di beberapa negara Asia. (MOSCOW, 11 April 2014, RIA Novosti). Sedangkan Amerika malah anjlok bursa-nya dan itu terbesar sejak 2011 (Kompas.Com, Jumat, 11 April 2014).
Amerika juga cukup tergantung banyak dengan Rusia, seperti komoditi titanium yang digunakan Amerika untuk komponen produksi Boeing, (Defense Industry Daily : Boeing’s Russian Titanium Deals). Jika ini dihentikan sudah tentu Amerika akan bingung dengan keadaan itu.
Dari data tersebut terlihat jelas posisi siapa yang mempunyai kartu truf bisa dimainkan, Rossiya lah yang sedang mendapat angin. Memang dalam kenyataanya wajah ekonomi Rusia tidak bisa lepas dari peran Uni Eropa, tetapi faktanya 18 negara pemegang mata uang Euro tersebut, juga sangat tergantung di poin yang paling penting yaitu pasokan energi dari Rusia. Kita lihat saja perkembasngan hari ini, apa hasil yang akan diputuskan oleh Uni Eropa tersebut, jika embargo ekonomi itu tetap akan terjadi, bukan tidak mungkin juga masyarakat dunia akan diberi contoh nyata tatanan ekonomi yang baru, dimana akan muncul kekuasaan ekonomi besar baru dari timur yaitu Rusia dan china yang akan menggeser kekuasaan sang paman sam.
Indonesia sendiri akhir-akhir ini langkahnya juga cukup bagus dan perlu di apresiasi, Pak beye diakhir masa jabatanya melakukan poin-poin penting dalam kemajuan ekonomi Indonesia, seperti adanya undang-undang tentang minerba, dan didakanya kerjasama pembangunan kilang minyak dengan Iran, siapa tahu kedepanya Indonesia dengan Iran malah meningkatkan kerjasama dalam bidang nuklir, sekalian Indonesia bisa belajar dari Iran tentang teknologi Nuklir tersebut. Dan siapa tahu juga ada penawaran minyak murah juga dari Rusia yang nyasar ke Indonesia, why not, Indonesia pernah sangat dekat sekali kok dengan raksasa tidur Rossiya tersebut, sekarang tinggal pintar-pintar Indonesia sendiri membaca arah masa depan dunia ke arah mana, dengan gejala gejala yang ada untuk memilih lebih condong 'berguru' kepada siapa, dan selanjutnya memanfaatkan peluang yang ada demi kebaikan bangsa ini sendiri dalam era kebebasan atau globalisasi ini.
Sungguh sebuah pelajaran berharga bagi Indonesia sendiri, melihat begitu nasionalismenya warga Rusia dalam menghadapi permasalahan di negaranya, Semoga wajah Indonesia di masa yang akan datang akan terlihat seperti itu juga.
Dhita Arinanda PM
17 April 2014